Bapak menjawab : "Kebahagiaan."
Kembali aku bertanya : "Akankah aku sama seperti mereka?"
"Hanya dirimu yang akan menjawabnya kelak, nak."
Kehidupan berlalu dan pahit-manis hidup menyapaku. Aku dengan segala pengajaran oleh pengalaman yang katanya guru terbaik yang dunia pernah punya.
Dan pada hari ini aku mulai mencerna makna kata-kata Bapak.
Ke-ba-ha-gi-a-an.
Aku frustrasi, namun sungguh bahagia.
Aku bahagia, meski tengah frustasi.
Adakah kebahagiaan lain di dunia ini yang mampu mengalahkan sebuah sensualitas bercinta dengan sunyi yang sepi?
Aku bahagia. Meski tengah terluka.
Dan aku lebih bahagia lagi, karena mengikuti arus ataupun apatis, aku harus merdeka.
Merdeka untuk memilih jalan hidupku.
Ya, aku bahagia. Meski luka dalamku kini makin menganga.
Hanya ada dua pilihan, menjadi apatis atau mengikuti arus. Tetapi aku memilih untuk jadi manusia merdeka. - Soe Hoek Gie
Tidak ada komentar:
Posting Komentar