"Mas Bram, aku mau ngijin. Mungkin Kamis ini aku akan ke luar kota."
"Ngapain?", tanya Mas Bram lembut.
"Ada acara bersama teman-teman mas, acara kampus. Boleh kan?"
"Baiklah, hati-hati di jalan ya sayang. Kabari aku apapun yang terjadi nanti."
Mas Bram turut membantuku mempersiapkan segala sesuatu. Ia sengaja datang ke kostanku yang khusus perempuan dengan meminta ijin secara sopan kepada Emak Badriah, ibu kost. Tentu Emak Badriah mengiyakan. Ia sosok yang hangat, ramah dan beretika.
"Hati-hati disana sayang. Aku mencintaimu.", tak hentinya Mas Bram mengingatkanku.
"Iya Mas. Percayalah padaku.", ucapku sembari mengecup keningnya.
"Aku percaya padamu Jania, jaga dirimu. Dan jangan nakal loh ya. Awas.", godanya.
*Beep beep*
'Janiiiaaa, aku udah di depan rumahmu nih. Ayuk masuk ke mobilku sekarang. Kamu lagi sama siapa sih itu?' sebuah sms masuk.
'Itu kakak kandungku, sayang. Ok, sebentar. Kecupan terakhir untuknya, kemudian aku akan menghampirimu segera.' balasku segera pada sms Kevin sembari menaruh cepat cincin pertunangan dari Mas Bram ke saku jeansku.
Sayang, tepat hari ini juga aku terbangun dengan satu keyakinan penuh di dalam diriku.
Aku hendak pergi. Meninggalkan segala sesuatu yang pernah kita lalui.
Sayang, satu pemikiran timbul dibenakku kala ku yakini ada mahluk bernama wanita lain yang lebih pantas bersanding bersamamu.
Sayang, jaga dirimu sebaik mungkin. Aku tak ingin engkau terjatuh sakit pun merana.
Sayang, satu hal yang kupegang teguh, Tuhan telah menyiapkan dia yang lebih pantas bagimu.
Sayang, bila esok aku berubah pikiran, tolong jangan pernah terimaku lagi di sisi.
Pict : weheartit.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar