Sumber Puisi Rangga : disini
----------
"Lelakiku bukan Rangga. Ia tak pernah berjanji akan kembali dalam satu purnama untuk mempertanyakan cintaku. Aku akan menyimpan lelakiku untukku sendiri. Meski hanya sebuah nama, tanpa pernah aku miliki seutuhnya, aku akan tetap menyimpan lelakiku dan bayangnya di peti kebahagiaanku, yang juga adalah rumah baginya, lubuk hatiku yang terdalam."
"Co, senter jangan lupa. Sleeping bag udah aku masukin kok ke tas kamu."
" Iya sayang. Udah tenang aja. Aku ini laki! Malu ah dimanjain terus sama kamu.", sahut Rico.
"Udah gak usah bawel. Sini mana timbangan. Biar aku tau berapa massa beban yang harus kamu pikul!"
"Lala! Aku laki La! Cowok! Tenang aja.", Rico memegang kedua pipi Lala untuk menenangkannya.
"Tapi sekarang lagi musim hujan Co. Mesti esktra lagi nih persiapannya."
"Yang anak pecinta alam aku atau kamu, sayang? Trust me, ok?"
"Well..." Rico memeluk Lala dengan kasarnya, mengacak-acak rambutnya. "Pokoknya kamu tenang aja, La. Aku kan cowok. Pasti bisa jaga diri. Adanya kamu yang harusnya hati-hati."
"Pasti!", tegas Lala.
"Janji?"
Lala pun menyodorkan kelingkingnya untuk dilingkarkan di kelingking Rico sebagai bukti komitmennya.
----------
Pagi itu Lala menemani Rico di kampusnya, tempat yang dijanjikan sebagai tempat mereka berkumpul sebelum berangkat.
"Ok! Briefing kita kelar. Mari kita tutup dengan doa menurut keyakinan dan kepercayaan masing-masing. Berdoa mulai."
"Amin.", tutup Rico di akhir doanya.
"Co, jaga diri baik-baik ya. Jangan macem-macem."
"Lala, disana aku mau macem-macem gimana? Selingkuh sama singa? Ahahaha. Sejak kapan kamu jadi posesif gini sih?"
"Bukan. Aku cuma... kali ini gak rela aja ngelepas kamu. Gak tau kenapa."
"La, ucapan itu doa. Udah, mikir yang positif aja ya." Rico memeluk Lala sebelum akhirnya membopong ranselnya.
"Jaga diri ya, Co. Cepet pulang."
"Pasti, La. Pasti aku akan kembali."
----------
Tempat yang dituju Rico cukup jauh. Selain itu juga karena mereka membawa misi kemanusiaan, sehingga mereka berusaha memasuki daerah-daerah terpencil untuk memberikan sumbangan semampunya. Lala mulai gusar. Iya tau lelakinya disana akan baik-baik saja. Namun ia sempat gelisah karena sudah 5 hari Rico tak kunjung memberikan kabar.
"Selamat siang, para pendengar. Berita kali ini datang dari daerah Gunung Salak. Sekelompok anak muda yang berasal dari Tim Pecinta Alam Universitas Aldoric Jakarta sempat tersesat pada dini hari dan 1 orang dinyatakan hilang. Anak yang hilang tersebut kini sedang dalam pencarian. Tim SAR pun dikerahkan."
Sebuah pesan di radio Oma Lala menyampaikan berita pilu.
"Lala, itu bukannya nama kampusmu ya?", tanya Eyang Putri.
Lala tidak menjawab. Hatinya kadung perih. Entah kenapa feelingnya langsung mengingatkannya pada firasat buruknya kala itu.
----------
"La, ayuk sini makan dulu nduk. Jangan kelamaan di kamar begitu ah."
Tak ada jawaban.
"Lala!"
Hening.
""Lala sini makan dulu. Kamu kok gak sopan banget sih Ibu dicuekin gini?"
Tak pernah ada jawaban. Ibu marah dan malah meninggalkan pintu yang sedari tadi tak pernah terbuka.
Tak ada jawaban.
"Lala!"
Hening.
""Lala sini makan dulu. Kamu kok gak sopan banget sih Ibu dicuekin gini?"
Tak pernah ada jawaban. Ibu marah dan malah meninggalkan pintu yang sedari tadi tak pernah terbuka.
----------
"Ya Tuhan... Ini temannya si Lala kan ya, nduk? Nama kampusnya sama, fakultasnya juga. Katanya sih angkatan 2010. Seniornya Lala berarti. Kasihan dia. Maksud hati mau membantu orang, malah pulang duluan." , kata eyang putri Lala.
"Siapa namanya bu?"
"Rico."
"Kasihan dia. Niatnya mulia." sahut ibu Lala.
----------
-2 minggu kemudian.-
Bel rumah Lala berdering. Ibu keluar untuk melihat siapa yang datang.
"Permisi tante.", sahut suara di balik pagar.
"Eh kamu. Siapa namanya ya?"
"Maaf tante. Lalanya ada?"
"Ada perlu apa sama anak saya? Kamu siapa?"
"Saya Rico tante."
"Rico... bukannya kamu?"
"Apa tante?"
"Sudah tewas saat mendaki gunung itu?"
"Oh itu teman saya tante. Namanya Rico juga memang. Hanya saja kami beda marga. Saya Rico Rumengan sedangkan dia Rico Kalalo."
"Jadi kamu....." ibu segera menghampiri Rico dan mengusap kedua pipinya.
"Ada apa ya tante?", tanya Rico salah tingkah.
"Masuk sini." suara ibu kembali tegas.
----------
"Baca ini!"
"Lalanya?"
Ibu tak menjawab dan hanya menatap Rico tajam yang membuatnya sedikit gentar. Ia betulkan posisi duduknya dan dibacanya apa yang tertera disana.
----------
-Senin, 7 Mei 2012-
----------
'Ini kan hari pertama keberangkatanku. Ahahaha lebay banget pacarku ini. Kayak bakal ada apaan aja.', batin Rico.
"Lalanya mana ya tante?", tanya Rico tak sabar.
"Kamu gak denger perintah saya. Baca sampai kelar dan kamu akan tahu ada dimana Lala sekarang."
'Apa sih si tante sok misterius. Ribet amat ngapelin pacar doang.', batin Rico.
----------
-Sabtu, 9 Mei 2012-
Tuhan,
Tolong sampaikan permohonan maafku pada Bapak dan Ibu.
Aku sangat mengasihi mereka.
Hanya saja aku terlalu naif dan lebih mengikuti kata hatiku.
Aku ingin bersama Rico. Selamanya.
Itu saja.
Aku ingin menemaninya selalu.
Sampai jumpa Ayah, Ibu, Eyang, dan sahabatku semua.
Kelak.
Aku akan menunggu kalian disana.
Bersama Rico kami akan menyambut kalian.
Kita akan saling berpeluk hangat.
Maafkan kebodohanku, pak, bu.
----------
"Tante, ini maksudnya apa ya? Lala mana?"
"Lala di depan lembaran kertasmu."
"Maksudnya?"
"Iya seperti apa yang tertera disana?"
"Maksudnya?"
"Ia kira kamu Rico yang tewas itu. Ia pergi menjemput cintanya."
Tidak ada komentar:
Posting Komentar