Kamu : "Maaf membuatmu menunggu. Apakah aku terlalu lama pergi? Terima kasih masih setia menanti."
Aku : "Ah... tak apa. Aku sudah terbiasa menunggumu, menunggu dalam jemu."
Kamu : "Masihkah kamu akan menungguku?"
Aku : "Aku ini rumahmu. Rumah yang seharusnya menjadi tempat berlindungmu, namun seringkali ditinggal pergi dan terbengkalai dan hanya dikunjungi sesekali saat ada keperluanmu saja."
Kamu : "Maafkan aku. Aku terlalu sibuk belakangan ini."
Aku : "Ahahaha... Sibuk ataupun tidak, kamu memang cinta dunia luar."
Kamu : "Bagaimana bisa kamu begitu memahamiku? Kamu bukan hanya rumah, kamu segalanya."
Aku : "Ahahaha... Lagi-lagi kamu bergurau denganku. Simpan semua ucapan manismu itu untuknya."
Kamu : "Untuknya? Dia siapa?"
Aku : "Untuk dia yang kamu kagumi, kamu ingini namun tak mudah kau miliki."
"Kamu : "Apa yang kamu bicarakan?"
Aku : "Aku tak perlu mengikutimu setiap saat, namun aku tahu."
Kamu : "Bagaimana bisa kamu tahu?"
Aku : "Karena aku adalah.... Ah sudahlah! Apa pentingnya bagaimana aku mengetahuinya. Sudah, pergi sana. Nikmati duniamu. Kembali lagi padaku kelak saat kau sudah benar-benar lelah dan hilang tujuan. Aku akan tetap disini. Menunggu dalam sepi. Kedua lenganku selalu siap terulur untukmu dan menopangmu kembali."
Kamu : "Terima kasih masih mau menunggu. Aku akan kembali."
Aku : *berbisik dalam hati* Entah kapan itu... :)
#percakapan yang tak pernah benar-benar terucap#
#coretankasar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar