Entah sejak kapan aku mulai mengagumi lelaki pemilik akun twitter @monstreza ini.
Yang jelas, kekagumanku ini ibarat Harry Potter freak yang begitu menantikan karya-karya teranyar JK. Rowling.
Faizal Iskandar, lelaki yang selalu menggambarkan cinta melalui
caranya. Lelaki yang membuatku mencari
tahu makna petrichor dan rasanya. Lelaki yang membuatku kagum, tanpa perlu
melihat bagaimana ia tersenyum. Hanya melalui serangkaian kata, semata-mata
umpatannya pada cinta.
Tak pernah sekalipun aku bertatap muka dengannya. Tapi
justru disitulah tingkat kekagumanku padanya teruji. Tak pernah teringat juga
kapan aku mulai mengagumi sosoknya. Lelaki yang tak banyak bicara (sepertinya)
tapi mampu memikat hanya dengan beberapa kata.
Setiap cerita yang dibuatnya juga tak pernah menggunakan
narasi yang berlebihan. Mengalir apa adanya. Terluka teramat jelasnya. Dan
hasrat yang kadang jadi topik utamanya.
Ah... Entah kenapa aku benci ketika terkadang membaca beberapa
tulisannya yang lagi-lagi menggambarkan birahi belaka. Bagiku, pengagum
beratnya, Faizal Iskandar tak butuh bumbu peluh berbaur rengkuh &
lenguh agar tulisannya terus diburu. Ia sensual dengan gaya tulisannya sendiri.
Tanpa perlu mengumbar keindahan tubuh sepasang kekasih yang tengah menari dalam
cinta.
Tulisan-tulisannya tak pernah bisa aku pahami untuk
dikategorikan sebagai apa. Aku tak suka mengatakan ia penulis cerpen, narasi,
puisi, atau entah apa. Bagiku, tulisannya berarti tahi di otaknya yang keluar
untuk melegakan isi hatinya.
Ia selalu membicarakan perihal cinta : ketidakmampuan untuk
bersama, perbedaan yang jadi jurang pemisah utama, aroma sehabis hujan, kopi,
bartender, konsep pernikahan yang sebatas dongeng belaka, rasa yang tak pernah
terungkap dan segala bentuk duka penuh laknat lainnya.
Entah dari pengalaman pribadinya, dari pengalaman orang lain
yang diceritakan padanya, atau sekedar fantasinya belaka... Entah. Apapun
bentuknya, aku mengaguminya. Apa adanya.
Faizal Iskandar, sosok yang tak perlu kau tatap matanya, kau dengar
bisiknya, atau kau rasakan aroma minyak wanginya...tapi sanggup membuatmu selalu
mau dan mampu menikmati setiap rangkaian kata yang ditulisnya.
Berikut kusampaikan beberapa kata pada penulis favoritku :
“Kepada seorang lelaki penakluk kata yang dimana kekaguman
kusematkan padanya... Sampai kapan kamu terus mengutuki dirimu untuk luka-luka
yang dicipta orang lain bagimu? Mungkin kita tak pernah saling kenal, tapi
penggambaranmu akan duka teramatlah binal. Teruslah menulis, dan lukislah
lukamu melalui aksara. Karena ada pembaca yang selalu mengagumimu. Dalam luka,
maupun bahagia. Mujur hingga terbujur. :)”
Oiya perihal membayangkan menjadi pasangannya...rasanya lebih tepat dikatakan bahwa aku jatuh cinta pada deretan sosok laki-laki penuh karisma, yang bertahan atas nama cinta dan setia pada satu nama di setiap karya-karyanya. Tapi bicara mengenai menjadi pasangan dari penulis yang aku kagumi? Ah.. Aku mendamba pada aksara, pada kata, pada cinta. Haruskah dipaksa berimajinasi dengan pelakunya bila jatuh cinta pada setiap pemikirannya sudah terasa cukup bagiku?
Ahaha. Ok...ok! Bila suatu hari aku mendapatkannya, maka hal yang akan aku lakukan padanya adalah membuatnya berhenti mengutuki hidup.
Karena hidup hanya sekali.
Karena luka hati haruslah dipulihkan kembali. :D
Dan bagiku, sampai kapanpun, Faizal Iskandar tetaplah seorang lelaki misterius yang pandai bicara cinta dengan serius. ;)
Ahaha. Ok...ok! Bila suatu hari aku mendapatkannya, maka hal yang akan aku lakukan padanya adalah membuatnya berhenti mengutuki hidup.
Karena hidup hanya sekali.
Karena luka hati haruslah dipulihkan kembali. :D
Dan bagiku, sampai kapanpun, Faizal Iskandar tetaplah seorang lelaki misterius yang pandai bicara cinta dengan serius. ;)
-Lopinta Rumengan-
*Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti #30HariMenulisSuratCinta @PosCinta. :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar