Untuk sebuah nama yang kusebut rumah lama... Apa kabarmu disana?
Ada satu hal yang harus aku sampaikan, namun hanya mampu sebatas tulisan.
Untuk sebuah nama yang kusebut rumah lama, kemana pun aku pergi, atau kapan pun aku merasa sendiri... Aku hanya perlu memejamkan mata. Dan barisan memori bagai hembusan angin, membawa aku ke sebuah tempat yang kini tak lebih dari suatu persinggahan, rumah lama.
Untuk sebuah nama yang kusebut rumah lama, rindu tak pernah pudar. Meski kita tak lagi bersama, namun rangkaian namamu masih menyisakan debar. Katanya, cinta itu tak kenal kata sabar. Ah... Itu hanya alasan mereka yang tak tahu apa arti berjuang, dan berakhir dengan pulang. Ke satu tempat yang bukan akhir tujuan.
Untuk sebuah nama yang kusebut rumah lama, apakah cukup sebaris doa kupanjatkan pada Dia yang katanya Maha Esa, namun justru memecah berai atas nama beda?
Untuk sebuah nama yang kusebut rumah lama, biar kubasuh segala debu yang menempel pada dinding-dindingmu. Izinkan aku kembali ke dalam dekap hangat perapian rumah lamaku.
Dimana selalu ada secangkir kopi hangat selalu sigap menyambut. Dan memeluk erat sampai lupa aku pada penat.
Tertanda,
Si Empunya Rumah
*Tulisan ini dibuat dalam rangka bentuk partisipasi di @PosCinta.
#30HariMenulisSuratCinta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar