"Iya. Itu gimana sih kisahnya?"
"Parah! Nih... jadi gini ceritanya."
Ini adalah kisah tentang dua anak manusia yang miskin harta namun kaya akan makna. Kisah cinta kaum kelas bawah. Indah nama perempuannya. Ia bekerja di kantin kampus sebagai pramusaji. Usianya kala itu baru 19 tahun. Bukan main batinnya ketika melihat remaja sebayanya sibuk bergurau, belajar dan menikmati hidup seakan tanpa beban. Sedangkan dirinya adalah tulang punggung keluarga bagi adik satu-satunya, Bejo. Joko adalah seorang tukang parkir kampus. Keduanya adalah sepasang kekasih.
"Biasanya kan mbak-mbak sama mas-mas gitu kisah cintanya alay!"
"Hush! Kurang ajar sekali mulutmu. Jaga ucapan."
"Woooi sok tau lo pada! Justru kisah cinta ini lebih mahal dari apapun juga."
"Oia?"
"Kok bisa?"
Suatu kabar berhembus di lingkungan kampus yang dianggap sebagai sarangnya para mahluk-mahluk akademis. Moral adalah harga mati bagi para penghuninya.
Sebuah peristiwa baru saja mengegerkan kampus. Pada malam sebelumnya diadakan kegiatan persiapan untuk acara ospek kampus. Semua orang sibuk. Semua orang punya kepentingan masing-masing. Kampus tak sesepi malam-malam biasanya.
Ketika hari mulai subuh, semua penghuni kampus, terutama para panitia kegiatan ospek mulai bangun dari tidur singkatnya dan mempersiapkan segala sesuatu. Semua heboh, ribet dan panik. Hanya dua insan manusia yang tidak terpengaruh akan hal itu. Joko dan Indah.
Joko sibuk mencari dimana kekasihnya itu berada. Ia cari kesana kemari, namun tak ada seorangpun yang peduli. 'Anak pejabat mana kekasihmu itu sehingga kami semua harus turut mencarinya?' Cibiran bertubi-tubi diteguk Joko. Kemanapun Joko mencari tetap tak ia temukan kekasihnya itu.
"Emang kemana deh itu mbak?"
"Lo! Belajar mendengar makanya! Main asal nyela aja!"
"Ok.. ok.. Terusin!"
Para perempuan sedang sibuk mandi dan merapihkan diri. Berulang kali pintu kamar bergantian dibuka-tutup. Hanya satu pintu yang tak kunjung terbuka. Namun tak ada yang perduli. Semua sibuk dengan kesibukannya masing-masing.
"Jangan-jangan si Indah emang disitu lagi?"
"Ah... sial! Kenapa harus ditebak dari awal sih? Gue kan ngebet banget pengen lanjutin cerita ini!"
"Ah kelamaan lo! Straight to the point aja. Intinya!"
Indah adalah korban kekerasan salah seorang petugas keamanan di kampus mereka. Tak hanya itu, tiga bulan belakangan baru disadari bahwa tubuh indah yang mungil itu perutnya mulai tampak membuncit. Entah perbuatan siapa. Indah tak pernah mau membuka mulutnya.
"Joko lah palingan!"
"Salah! Justru kalo bisa sekarang gue berdoa sama Tuhan semoga dikasi cowok macem Joko!"
"Ndeso, katrok, kumuh?"
"Don't judge a book by its cover, dear!"
Para dosen, staf kampus dan semua penghuni kampus merasa iba padanya. Bahkan sang rektor yang mendengar desas-desus ini langsung memerintahkan beberapa dosen yang juga adalah advokat untuk mendampingi Indah menyelesaikan masalahnya hingga tuntas.
"Langsung ke inti, please! Ealah masih aja berbelit-belit. Intinya intinya?"
"Joko mau mengawini Indah. Joko yang ingin bertanggung jawab atas kandungan Indah."
"Nah kan! Udah ketebak dari awal. Alibi doang. Sok-sok bingung nyariin, padahal dia juga yang nyakitin!"
"Sotoy lo kayak dukun!"
"Lah terus?"
"Itu bukan anaknya Joko. Anak si satpam yang malam itu dikasi bir sama mahasiswa-mahasiswa yang lagi begadang. Efek mabok. Nyiksa orang. Nyakitin orang. Dan karena Indah terlalu lemah...ya habislah dia!"
"Jadi... Joko... bertanggung jawab atas hal yang bukan perbuatan dia?"
"Atas nama cinta!"
Indah nampak mulai sumringah. Semua orang menyukai keadaan itu. Usia kandungan Indah sudah memasuki usia tujuh bulan dan ia masih saja rajin bekerja di kantin kampus. Karena bosan di rumah dan ingin terus bersama suami, alasannya.
"Lah, masih bersambung? Bukannya udah happy ending tadi?"
Suatu hari Joko sedang membawa tangga yang hendak digunakannya untuk mengganti bohlam di salah satu ruang kelas. Seharusnya itu menjadi tugas office boy, namun tidak ada yang tau pasti kenapa hari itu Joko yang melakukannya.
Malang nasib Joko saat ia membopong tangga tersebut, ternyata ujung tangganya menyenggol tumpukan batu bata sisa renovasi. Habis nyawanya disitu. Indah yang mendengar kabar itu seketika tak kuasa menahan kepedihan atas kehilangannya yang begitu mendalam.
"Gimana endingnya?"
"Lo mah perusak suasana! Berhenti bertanya dan coba dengarkan!"
"Iya iya maaf."
"Iya rese tau gak lo nanya-nanya melulu!"
"Ok...capek juga cerita kepanjangan, bikin haus tenggorokan. Intinya...."
"Apa?"
"Indah ikut menyusul sang suami. Bersama si bayi juga."
"Bunuh diri?"
Tidak ada komentar:
Posting Komentar