Laporan Kepada Tuan Cupid,
Tuan, maaf hari ini sepertinya saya membutuhkan
partner untuk melaksanakan tugas saya. Banjir yang melanda ibu kota membuat
jutaan janji harus dibatalkan dan kepingan kekecewaan harus berserakan
terhanyut oleh air. Tuan, bisakah tuan mengirimkan seseorang yang dapat
dipercaya untuk membantu saya?
Sebuah perkamen telah saya titipkan kepada merpati
putih untuk disampaikan kepada tuan saya, Mr. Cupid. Ya, saya adalah seorang
agen Cupid. Tugas saya cukup mudah, membuat dua hati yang terpaut jauh untuk
saling berani mengungkapkan keinginan masing-masing untuk memiliki. Banyak
pasangan yang berhasil saya pertemukan di dalam misi ini, namun tak sedikit
juga pasangan yang awalnya saling mengasihi harus terpisah hanya karena ego
yang tak mampu direda. Fiuuh…para manusia-manusia ini.
“Permisi… Saya
Pluto.”, sapa hangat sebuah suara dari arah belakang.
“Eh, kaukah
utusan Tuan Cupid? Wah cepat sekali. Padahal perasaan… Ah, lupakan. Hei, kau
datang sendiri?”
“Iya saya sendiri.”
“Hmmm, baiklah. Tugasmu cukup mudah. Buatkan saja
daftar nama para manusia yang patah hati ataupun tidak mampu melanjutkan
hidupnya karena serpihan hatinya terlanjur menyayat lapisan jantungnya. Ingat,
meskipun tugas kita terlihat mudah, tapi para manusia ini adalah mahluk-mahluk
paling mulia di muka bumi yang paling tidak mampu memahami perasaannya sendiri.
Maka tugasmu tak semudah yang kau bayangkan. Sebentar mereka bahagia,
sepersekian detik bisa meraung-raung luka karena cintanya sebatas harapan semu.
Mengerti?”, kalimatku sanggup membuatku mengambil tarikan panjang nafas.
“Baik. Hmm, maaf
sebelumnya, saya ingin bertanya. Haruskah saya memanggil Anda dengan sapaan
Nyonya? Oiya, maaf, kita belum berkenalan.”
“Ah, tak perlu.
Cukup sapa saya dengan nama panggilan saja. Nona, itu nama saya.”
“Nama yang indah. Baik Nona. Siap melaksanakan
tugas.”, tegasnya seraya tersenyum.
Nah, cukup mudah bukan tugas menjadi seorang Agen
Cupid. Iya, kami biasa disapa Matchmaker ataupun Mak Comblang. Tapi tunggu
dulu, bukan berarti karena pekerjaan kami, lalu kami sanggup melakukan hal yang
sama kepada diri kami sendiri. Ingat bagaimana seorang hair stylist tidak mampu menemukan ketombe di pangkal ubun-ubunnya
kan? Nah, pun begitu dengan kami.
Aku memang menyamar menjadi seorang manusia biasa.
Tugasku hanya mencomblangi orang-orang. Ya sebetulnya aku bukan benar-benar
seorang manusia, hanya saja anak tunggal dari keluargaku The Chamomile Family, terkena kutukan yang mewajibkanku menemui
kebahagiaan. Misi hidupku adalah pencarian cinta sejati untuk melepaskan
kutukan kelabu ini. Dengan adanya seseorang yang benar-benar mencintaiku, aku
akan kembali ke wujudku semula, agen cupid yang sempurna, seorang peri jelita.
Ah, tak sabar aku menantikan masa itu. Tapi, dimana laki-laki yang mampu
membantuku mewujudkan impian itu?
“Nona, maaf.”, sebuah suara membuyarkan lamunanku.
“Ya? Apakah kau menemui kesulitan?”
“Haduh. Apakah para PHP (Pemberi Harapan Palsu) itu
adalah benar-benar manusia?”
“Ahahaha. Apa maksudmu?”
“Kau tahu sendiri kan. Di dunia kita, Fairly Island
sana, hanya mengenal dua jawaban untuk statement cinta, hanya : ya atau tidak.
Semudah itu. Lagipula, bukankah kejam memberikan harapan tanpa pernah
membiarkannya terwujud?”
“Itulah manusia. Lagipula, kumpulan perasaan manusia
itu ibarat gunung es. Tunggu sampai kau menyelaminya lebih dalam.”
“Dan menyelidikinya itu ibarat bola salju. Itu kan
maksud anda, Nona? Ahahaha. Aku bersumpah tak akan pernah lagi memimpikan
menjadi manusia. Mereka ini sungguh sulit dimengerti.”
“Iya. Aku berjanji akan membantumu untuk cepat-cepat
pulang ke negeri asal kita. Asalkan kau
mau berjanji untuk kooperatif. Bagaimana?”
“Setuju.”
“Bagus!”, aku mencoba beranjak dari bangku taman yang
kami duduki bersama. Namun Pluto menarik tanganku.
“Tunggu. Ada satu hal lagi yang ingin aku tanyakan.
Sebetulnya kamu…mmm… Sampai kapan kau akan menjadi manusia, Nona?”
“Untuk apa kau tahu?”, sentakku.
“Aku hanya… Entahlah. Tuan Cupid pernah mengungkapkan
bahwa kau adalah seorang peri yang, maaf, dikutuk. Bolehkah aku tahu apa
penyebabnya?”
“Bukan urusanmu.” Apa maksudnya dia berkata begitu?
Ingin menjadikanku bahan olok-olokkannya.
“Tapi aku ingin membantu!”, ujarnya sok tahu.
“Kau! Jangan pernah meremehkanku untuk menemukan cinta
sejatiku.” Aku merasakan cincin terkutuk yang memberikan sinyal perasaanku
memerah. Merah pertanda marah. Ya Tuan Cupid, mengapa lelaki ini merendahkanku
begini?
Aku benci sekali dengan sikap kurang ajarnya ini.
Sangat menghina! Saat kurasakan perasaan tidak menyenangkan berkecamuk di hatiku
yang memang sedang menjelma menjadi seorang manusia, aku merasakan tubuhku
dipaksa berbalik. Tiba-tiba kehangatan menjalari tubuhku kala sebuah kecupan singkat
dan cepat melayang di keningku. Tunggu dulu! Perbuatan siapa ini? Hei, tapi
mengapa tubuhku terasa ringan melayang begini?
“Jangan marah padaku. Maaf Nona.” Sebuah pernyataan
hangat menjalari gendang telingaku. Siapa itu? Ah siapapun dia, aku tak mampu
membuka mataku. Perasaan melayang ini belum pernah kurasakan kembali. Hei,
kurasakan cincinku mendingin. Biru? Bahagiakah aku? Ah… Tuan Cupid. Biarkan aku
cuti untuk sementara dari kelabu hidup. Cuti sakit hati karena terlalu lama
menyendiri dalam pencarian & penantian yang tiada henti.
Sebuah akal sehat merasuk ke tubuhku! Tunggu dulu…
Yang daritadi berada di dekatku kan hanya…? Hah, apa iya dia lelaki yang
disiapkan takdir untukku! Tapi, dia kan, si lelaki sok tahu yang hanya menambah
rengutan di wajahku! Hei tuan Cupid, ini apaaa? Arrrgggh! Kenapa.harus.Pluto?
‘Aku harus mengirimkan sebuah perkamen untuk meminta
pertanggungjawaban Tuan Pluto’, batinku.
“Nona, apa kau baik-baik saja? Ayuk kita pulang, saya
harus segera menyelesaikan laporan kepada Tuan Cupid. Heeei!”, terpaksa ku
dengar sebuah suara yang sangat dekat denganku, yang tak-lain-dan-tak-salah-lagi
adalah milik Pluto. Apa ini yang dinamakan ‘takdir cinta yang akan menemukanmu,
dimana saja kapan saja tanpa pernah bisa kau tebak pun cegah’? Iiish!
NB : #13HariNgeblogFF @momo_DM @wangiMS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar