Samar-samar udara menghantarkan aroma tubuh lelaki dengan rahang paling
eksotis yang pernah ditangkap oleh mataku. Angin tipis seolah menarikan jarinya
di kunciran rambut lelaki depan mataku ini. Ah, bisakah jariku yang
menggantikan permainan menggemaskan itu?
Aku anaknya paling mudah jatuh cinta. Kemanapun mataku memandang,
menangkap bayangan menyenangkan, hatiku langsung sigap berbisik ‘Menarik!’. Namun sebatas ketertarikan tanpa arah. Bukankah Tuhan Maha Adil menciptakan
banyak pria-pria tak menarik untuk menaikkan derajat lelaki tampan dan membuat
mereka tampak lebih menawan?
Segenap keberanian telah aku kumpulkan. Untuk kali ini ada sebuah
bisikan ghaib dari punggungku bahwa
lelaki ini harus dimiliki. Aku harus menamatkan namanya dengan apostrophe ‘s di status relationship! Haha!
Tak biasanya aku sebegitu gugup sekaligus liar seperti ini. Suara-suara ghaib dari punggungku semakin meyakinkanku
tentang keinginan super untuk sekedar mengetahui namanya. Bagi diriku, seorang
penguntit itu salah dan dosa. Untuk apa menguntit seseorang dan membiarkan diri
sendiri terluka lalu menuduhnya pemberi harapan palsu? Hei, itu salahmu
menggantungkan ekspektasi setinggi itu pada keagungannya!
Ah, Tuhan, kuatkan hamba-Mu ini untuk sekedar menanyakan namanya.
Mengapa kulit langsat itu begitu menggoda untuk disentuh? Tuhan, mengapa Engkau
tinggikan ketampanannya dengan deretan gigi mengkilap kala ia tersenyum,
bulir-bulir peluh menggairahkan tangan untuk mengelapnya, sebuah hidung yang
memanggil jemariku untuk menjadikannya perosotan mainan? Ah Tuhan, tega sekali Kau
merendahkan jutaan lelaki lain dengan menumpahkan seluruh keindahan padanya.
Aku masih mengintip dari radius 1 meter. Mungkinkah aku menyapanya
terlebih dahulu? Ataukah menunggu hingga memutih ujung rambutku tanpa pernah
diacuhkannya sama sekali? Ya, jatuh cinta itu memang mudah tapi tidak untuk
jatuh hati, ya Tuhan. Dan sepertinya, aku sungguh amat jatuh hati padanya. Bagaimana
ini?
Aku hampir saja menjabat tangannya hingga seseorang lebih dahulu menarik tanganku…
“Hi! Kenalkan. Saya Rama. Pacarnya Andrew, cowok yang sedang kamu
pandangi sekarang ini. Ada yang bisa dibantu? Percuma kamu ajak dia ngomong,
Andrew itu tuna rungu, sayang. Tapi apapun keadaannya, Rama will always be with you, ndrew.”, ucap
Rama centil sekaligus ramah. Cinta memang tanpa alasan, makna dan dugaan. Saya terkesima melihat pancaran cinta yang
meluap-luap di mata Rama, semacam cinta yang penuh kehangatan, pengorbanan dan
penyerahan diri.
“Ya, Halo Rama. Senang berkenalan dengan Anda. Sampaikan salamku untuk
Andrew.”, ucapku sambil melambaikan tangan pada Andrew yang dari tadi seolah
berusaha membaca gerakan bibir kami. Ya Tuhan, Engkau memang adil, dibalik
kesempurnaan, pasti ada satu kekurangan. Dan kekurangan terbesar bagiku adalah
Andrew sudah lebih dahulu menjatuhkan hatinya pada lelaki dengan otot bisep
terindah itu, Rama yang penuh perhatian. Ahahaha. Tapi setidaknya cinta mereka
mengajarkanku banyak hal, keberanian untuk menerima cinta apa adanya pun
memperjuangkannya tetap yang paling utama.
NB : #13HariNgeblogFF @momo_DM @wangiMS
NB : #13HariNgeblogFF @momo_DM @wangiMS
Tidak ada komentar:
Posting Komentar