CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 07 Februari 2012

Aku adalah Aku



Kemarin aku menangis.
Kemarin aku menjerit.
Nyanyian sendu adalah sahabatku.
Kesendirian adalah bagian hidupku.

Hidup tak pernah datar.
Aku ini bagaikan peselancar.
Aku cinta gelombang.
Laut tanpa ombak adalah membosankan.

Aku ini bagaikan pemanjat tebing.
Aku suka ketinggian.
Aku cinta tantangan.
Tebing yang datar adalah sesuatu menggelikan.

Aku ini bagaikan pelari.
Aku suka tujuan.
Aku cinta semangat.
Jalanan yang lurus, tajam, berliku seperti apapun adalah kesenangan.

Aku ingin mengarungi kehidupanku dengan kegigihan.
Aku ingin memanjat masa depanku dengan keberanian.
Aku ingin menatap lurus kedepan dengan keyakinan.

Aku adalah aku.

Aku ingin bahagia.
Aku menyadari, masa lalu tak akan bisa ku lupakan.
Namun, aku pun harus menyadari,
masih banyak pintu kehidupan yang akan ku hadapi nanti.



#puisi

men-GALIH-kan!

Kepada seluruh mahluk di muka bumi ini yang bernama Galih !!!



Hai para Galih... Apa kabar kalian hari ini? Ku harap kamu baik-baik saja.

Wahai rombongan Galih, tahukah kalian bahwa terdapat kata GALIH didalam kata menGALIHkan? Apa artinya semuanya itu?

Mungkin bagi sebagian orang hal tersebut adalah kebetulan semata yang tak perlu dijadikan beban. Ah..tidak! Tidak bagiku! Bagiku itu adalah sesuatu. Tunggu... maksudku bukan berarti bahwa hal tersebut menjadi beban. Hanya saja, aku merasa bahwa itu adalah suatu kebetulan yang cukup menyenangkan. Lucu rasanya mengaitkan nama kalian dengan kata tersebut!

Ah... aku bingung dengan postingan blog ku kali ini.
Hanya saja, satu hal yang paling jelas ku mengerti bahwa mungkin nama kalian mampu mengalihkan dunia khayal seseorang. Beeeuh!



Hi-Bye Galih!

Senin, 06 Februari 2012

Anak Pertama

Takdir tak pernah dapat dirubah. Sama halnya dengan aku yang terlahir sebagai anak pertama.
Aku menyadari betul bahwa hal tersebut adalah sesuatu yang mutlak.
Andai aku dapat memilih, mungkin....
Ah percuma saja berandai-andai.
Aku memang terlahir sebagai anak pertama.

Mereka bilang, anak pertama adalah sang penopang.
Anak pertama haruslah menjadi teladan.
Anak pertama harus bisa diandalkan.

Aku protes! Siapakah pencetus segala peranan itu?
Memangnya aku hidup dapat memilih?
Lantas bagaimana dengan anak bontot?

Hal-hal menyenangkan seringkali dikaitkan dengan peranan anak bontot.
Anak bontot itu identik dengan manja.
Anak bontot sering dikatakan paling disayang.

Tak sedikit pernyataan bahwa anak sulung harus mengalah pada si bontot.

Aku adalah sang anak pertama, si sulung.
Aku benci dengan segala pernyataan menjijikkan itu.
Aku tak pernah dapat memilih untuk menjadi anak sulung atau tidak.

Orangtua sering berkata bahwa anak-anaknya akan mendapatkan perlakuan yang sama.
Lantas mengapa masih sering terpaku dengan 'mitos-mitos' menjijikkan seperti itu?

Andai aku dapat memilih, ingin sekali aku tak menjadi anak sulung.
Aku muak dengan segala sekat-sekat yang disematkan pada gerak-gerak anak sulung.
Aku benci dengan label yang harus kujunjung tinggi.



#tulisanserupapuisi
#coretankasar