CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 05 Maret 2013

Bangunkan Aku Pukul 7



Cinta itu adalah sebuah kata yang sangat menyulitkan kinerja para ahli sastra. Haruskah cinta dianggap sebagai kata kerja ketika mengenal istilah 'cinta yang tak terbatas'? Adakah kata kerja tanpa melakukan suatu apapun? Bagaimana dengan mereka yang memerkosanya menjadi kata sifat? Adakah layak 'cinta' itu disandingkan dengan jejeran kata 'malas', 'lelah' dan 'buruk'? Tapi bukankah adalah dosa besar ketika ada yang memperlakukan cinta selayaknya benda? Tidakkah cinta lebih agung daripada semua itu?

Luka terus saja menggerus batinku. Bulir-bulir pedih yang berhulu dari kedua bola mataku tak hentinya mengaliri wajahku. Pedih. Perih. Lelaki yang pernah dengan lantang mengikrarkan janji menghabiskan sisa hidupnya denganku, kini pergi tanpa pernah kembali dan menengok kepadaku lagi.

"Kamu ini kenapa toh nduk?", tanya Ibu lembut sembari mengusap halus rambut legamku.

"Perih, mak." Linangan air mataku bercucuran tanpa daya.

"Iya, tapi kenapa? Mbok yo cerita sini sama Ibu." Tak lelah jemari ibu mengelus tubuhku, usapan yang tak berbeda dengan yang ku dapatkan kala masih bayi dahulu.

"Bu, ibu pernah sakit hati?"

"Kamu ini mimpi atau mabuk toh nduk? Ingat bagaimana kita hanya hidup berdua dengan keadaan Bapakmu yang telah menghilang tanpa jejak?"

"Iya sih bu. Ibu sanggup?" Air mata tumpah tak terbendung. Mengapa lelakiku pergi tanpa kembali?

"Nduk... Kita ini kaum perempuan. Kaum yang kerap kali dianggap rendah, lemah dan hanya mengenal 'tabah dan pasrah'. Anggapan mereka tentang kaum kita itu salah, nak. Kita ini hanya berserah, bukan menyerah."

"Memang apa bedanya bu antara menyerah dan pasrah? Bukankah keduanya memiliki makna yang sama? Adakah berguna membicarakan tentang itu di sela-sela patah hatiku bu? Aku tak kuasa menanggungnya, bu."

"Menyerah itu berarti putus asa, nak. Berserah itu selalu berjuang dengan gigih dan meletakkan serta menyerahkan seluruhnya ke dalam tangan Tuhan. Biar kehendak-Nyalah yang jadi atas kita. Jadilah kuat nak, karena kita ini perempuan."

"Tapi bu...". Kuusapkan wajahku yang berlumuran air mata ke kain yang ibu lilitkan di pinggangnya.

"Ingatkah kamu bahwa salah satu tulang rusuk Adam diletakkan Tuhan pada Hawa? Ini berarti kita adalah bagian dari lelaki. Kekuatan laki-laki, kekuatan kita juga, nak."

"Bu, bangunkan aku besok pukul 7 pagi ya. Aku akan kembali menata dan melanjutkan hidupku yang tercerai berai oleh luka dan air mata. Aku ingin menjadi seperti ibu. Aku ingin gigih seperti ayah. Namun, biarkan malam ini aku habiskan dengan memeras air mataku sampai puas kemudian pulas."

"Tidurlah nak. Mimpilah dalam tidurmu. Nikmati dukamu. Roda kehidupan terus berputar. Jemari Tuhan asik memainkannya. Percayalah ketika kau terlelap pada malam buta, kau akan terbangun di pagi penuh ceria. Selamat malam hartaku yang paling berharga." Kecup bibir ibu penuh kehangatan di keningku.


 NB : #13HariNgeblogFF @momo_DM @wangiMS