CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 19 Juni 2014

Hukum Kekekalan Energi


Aroma petrichor memenuhi indera penciuman Lala. Dan ingatan tentang Wisnu Paramudya tak habis mengisi helaan nafasnya.

"Mas... Kenapa kita selalu ribut seperti ini? Maumu apa?"

"Kamu tanya lagi mauku apa? Aku cuma menuntut satu hal darimu, La. Manut sama aku! Nurut, La."

"Nurut? Aku perempuan mandiri, mas. Kamu lupa ya latar belakang kita pun berbeda. Aku perempuan Batak, mas. Aku dididik secara keras untuk dapat mandiri sejak dini. Kamu yang selalu memandang rendah derajat perempuan, mas! Hargai aku!"

Apakah semua harus berakhir sudah... dan berhenti sampai disini.

"La. Kok bengong aja?"

"Kak Abby? Eh, makasih.", ujarnya seraya menyeruput segelas frappuccino mocha cookie crumble yang disodorkan Abby padanya.

"Kamu aneh, La?"

"Aneh kenapa?"

"Iya. Aneh. Hujan-hujan begini minumnya yang dingin-dingin."

Lala hanya tersenyum. Ia pandangi seraut wajah dihadapannya. Abby Robertson. Seorang senior yang dikenalnya dari kampus. Sahabat abang sepupunya.

Jangan paksakan aku mengiyakan inginmu, bila tak kau indahkan mimpi tentang kita.

"Kenapa jadi perempuan gak bisa jaga diri banget sih kamu?"

"Kamu sakit jiwa ya? Aku bilang laki-laki itu yang punya perasaan ke aku. Sedangkan buat akunya, semua hambar, mas! Gak usah sok tau deh!"

"Lala! Diam! Dengarkan aku dulu! Aku benci perempuan yang tidak mampu mengendalikan dirinya!"

"Maksudmu aku ganjen? Ya Tuhan Yesus, Wisnu, laki-laki itu yang menyukaiku. Bukan dari pihak akunya!"

"Iya! Lantas kamunya kegirangan. Kamu sebarkan harapan ke banyak cowok. Kamu haus pujaan. Kamunya aja memang keganjenan, kegatelan, kecentilan. Kurang bahagia ya sampai segitunya cari perhatian ke banyak lawan jenis?"

"Bangs*t!! Baj*ngan! Pers*tan sama kamu! Arggghhh!"

Tak ada satu pun manusia di muka bumi yang tak ingin dihargai.

"La? Kenapa bengong terus?", tanya Abby lembut.

"Kak Abby? Aku bengong? Ah enggak kok. Ini lagi baca buku."

"Perasaan itu novel dan bukan peta kan? Lantas kenapa terbalik gitu?"

"Kak Abby sok tau!", gerutu Lala. Ia malu bukan kepalang tertangkap basah melamun dengan sedotan yang menghirup udara kosong.

"Kamu gak suka ya kita ke tempat seperti ini?"

Engkau dan aku mungkin berbeda.

"Ngopi-ngopi cantik yuk?"

"Hah? Dimana?"

"Sudah pernah ke DarkHouse*? Pasti belum, kan? Ayuk pengalaman pertamu kesananya sama aku aja. Biasanya pengalaman pertama itu paling berkesan loh karena paling terkenang. Ehehehe."

"Gak jelas kamu, mas! Ahahaha. Eh emang disana ada minuman dinginnya?"

"Jangankan minuman dingin. Dari box telepon merah ala-ala London retro sampai nuansa serba pink, semuanya ada. Masing-masing lantai punya dekorasi yang berbeda nuansa. Tinggal kamu pilih yang mana yang paling cozy menurutmu."

"Oh, okay. Aku sih fleksibel. Yang penting ada minuman dingin dan manisnya."

Tapi kita masih bisa bicara dan saling mendengar.


"Lala... Astaga! Entah sudah berapa kali kamu bengong kali ini, La? Kamu mau cabut sekarang mumpung hujannya sudah reda? Sepertinya kamu kurang nyaman, ya?"

"A...nggg...Eh... Enggak kok kak Abby. Aku enjoy banget. Saking asik tempatnya."

"Kamu berbohong, La. Aku tahu kamu bohong. Ahahaha. Kamu mikirin apa sih kalo boleh tau?"

Bukan harus seperti ini.

"Eh hujannya sudah reda. Kita masih mau stay memesan semangkok bakso lagi atau langsung pulang?"

"Mamamu sudah nyariin kah?"

"Kalo masih siang begini, mama belum ribut menelpon. Nanti agak sore baru mamaku ribet nyariin anaknya."

"Ok! 2 gelas teh tarik dan sepiring roti cane cokelat kejunya ya mbak untuk kami berdua.", teriak Wisnu ke pelayan di seberang ruangan.

"Nuuu... pssst... kamu rasakan tidak aroma itu?"

"Aroma Mie Aceh Seafood Daging Sapi yang kaya bumbu? Kamu mau pesan itu lagi? Ok... Mbaak...!"

"Wisnu! Bukan! Engga mbak, cukup tadi aja pesanannya. Duh...coba tenangkan dirimu dan rasakan aromanya. Hujan. Aroma hujan."

"Bau tanah? Apa sih? Basah? Lembab? Apa?"

"Petrichor. Namanya Petrichor. Aroma hujan."

"Oh.. Ok. Lalu?"

"Ingat ini, Nu. Setiap kamu menghirup aroma hujan, kamu harus ingat tentang kita. Tentang aku dan kamu. Mengerti?"

"Siap Ibu Bos. Eiya tadi pembicaraan kita sampai mana?"

"Hukum Kekekalan Energi."

"Nah, iya! Ada hubungannya tuh sama aroma yang kamu maksud."

"Maksudmu?"

"Iya. Di dalam hukum kekekalan energi, ditegaskan bahwa : Energi tidak dapat diciptakan atau dimusnahkan. Energi hanya dapat diubah dari satu bentuk energi ke bentuk energi yang lain."

"Lalu dimana hubungannya?"

"Iya. energi radiasi diubah menjadi energi panas. Energi kimia diubah menjadi energi listrik. Dan energi aroma diubah menjadi energi rasa. Aroma petrichor diubah menjadi energi ingatan yang cukup kuat yang merasuk ke benakku dan diterjemahkan menjadi satu kata : Lala. Kamu."

"Yeee... apa deh. Sok tau. Ngarang. Gombal!"

"Tapi suka kan digombalin? Tuh buktinya sampai salting. Ahahaha."

"Wisnuuuu! Iiiih nyebelin!"

"Ahahaha. Pipimu tuh merah kayak udang rebus. Ciye yang kegeeran digombalin. Ahahaha."

Haruskah kita seperti ini?

"Kamu gak suka karena kita sama ya?", suara serak parau terhempas dari kerongkongan Abby.

Lala terlonjak kembali dari lamunannya. "Maksud kak Abby apa?"

"Iya. Kamu gak suka karena kita sama ya? Karena kamu dan aku -kita- sama?"

"Sama?"

"Karena kita satu, La. Satu agama, satu keyakinan. Seperti yang kamu bilang yang selalu ibumu tekankan."

"Kok kakak ngomong gitu?"

"Iya, karena kita terlalu punya banyak kesamaan makanya kamu gak suka. Karena aku bukan mahluk berjakun, kan? Karena aku dan kamu sesama perempuan, kan? Sesuka apapun, sedalam apapun dan seteguh apapun aku suka sama kamu, kamunya masih 'straight' kan? Dan aku kelihatan menjijikan buatmu?"

"Kak Abby..."

"Oiya, satu lagi. Dan Wisnu, kemanapun dia pergi, hati kamu ikut tersangkut digenggamannya."

"Kak..."

"But I love you, La. I do. Well, maybe nobody wanna see us together. But it don't matter if I got you, Lala."

Kenapa ada sang hitam bila putih menyenangkan?

"Aku sangat menghargai pernikahan sesama jenis. Kalau kamu mas?"

"Aku akan menghargai pasangan apapun di jagat raya ini selama mereka menghargai keberadaan kita." 

I can't live a lie running for my life.. I will always want you.


*DarkHouse itu nama plesetan dari salah satu cafe dan resto unik di Kebayoran Baru.
Lagu :  - Apakah Harus Seperti Ini - Musikimia
            - Berhenti Berharap - Sheila On 7
            - Wrecking Ball - Miley Cyrus

Sabtu, 31 Mei 2014

Wait for me, Desmond!

I'm not waiting for a prince.
 I am waiting for someone who thinks that I'm his princess.

Cermin, cermin di dinding. Siapa perempuan paling cantik di muka bumi ini? Ahhh... tak usah dijawab. Sudah pasti aku jawabannya. HAHAHA! Hahaha aku bahagia.", ujar Molly sembari menangis sebentar kemudian terbahak sekenanya.

Sudah tiga tahun Molly terkurung di menara Buckingham Palace dan tak ada satupun bala bantuan yang datang. Kenapa tak ada satupun yang mempedulikanku?

Kembali Molly memandangi pemandangan di depan matanya. Dari atas menara, Molly dapat melihat pemandangan yang amat indah, yang sayangnya harus terkotori Genk Merah. Pasukan keamanan dengan seragam merah dan topi ala-ala kemoceng hitam. Ish!


"Hahaha! Apa yang kau pikirkan gadis muda?", sapa sebuah suara memuakkan. Ah dia lagi!

"Ah, tidak Ibu Peri. Aku hanya merindukan... ice cream. Bolehkah aku keluar sesaat untuk membelinya?", tanya Molly takut-takut.

"Ah, nanti kusuruh dayang istana melakukannya. Kau! Duduklah dan berdandan. Calon suamimu sebentar lagi akan datang!", perintah Ibu Peri dengan bengisnya.

"Ca..calon suami? Siapa?"

"Kau pikir aku menculikmu untuk kujadikan anak? Naifnya dirimu, nak. Aku akan menikahkan kau dengan putraku, demi... kecantikan abadi. HAHAHA!"

"Tidaaaaakkkk! Jangan lakukan itu. Kumohon, janga..." Belum sempat Molly menyelesaikan ucapannya, mendadak ia tersungkur ke lantai. Sial! Obat bius ala Ibu Peri dengan satu goyangan tongkat sihirnya.

Molly terbangun dari tidurnya ketika dirasanya sebentuk bibir lembut mengecup halus keningnya. Apa-apaan? Baru Molly hendak memaki orang tersebut, sesosok pria tampan nan rupawan memenuhi seluruh pemandangan di depan matanya. Molly segera terduduk. Dan menyadari siapa lelaki yang berdiri dihadapannya.

"Psssttt... Jangan ribut! Kemari, ikut aku!", ajaknya manis.

"Kemana?"

"Ikuti saja! Kamu akan tau kemudian!"

Hari itu Molly melihat pemandangan yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Bertahun-tahun tinggal di menara Buckingham Palace dan hanya ditemani Peri Jahat tukang sihir serta semeja makan dengan seorang oma super modis, Sang Ratu, serta dikelilingi Genk Merah, Molly tak pernah lagi tahu bagaimana rasanya menghirup udara segar.

Laki-laki yang tak mau menyebutkan namanya itu membawa Molly berkeliling setelah sebelumnya mengajak Molly melewati pintu rahasia di Buckingham yang berujung pada peron tak kasat mata. Molly merasa kepalanya baru saja menembus sesuatu, tapi entah apa. Aaa.. apa ini? King's Cross Station? Apa pula ini?


Lelaki yang tak mau disebutkan namanya ini membawa Molly ke tempat-tempat yang dirasanya tak pernah ia kunjungi sebelumnya. Sebuah kotak telfon merah yang berseberangan dengan jam besar bernama Big Ben. Sebuah gereja raksasa alias Westminster Abbey yang kata sang pangeran akan dijadikan tempat menggelar pernikahannya. Dan bahkan sebuah benda bulat bernama London Eye yang terus berputar dan bisa ditumpangi.


"Apa ini? Berapa tahun aku terkurung di dalam menara oma jelek itu?"

"Ahahaha. Molly. Sebetulnya, ada hal yang ingin kusampaikan padamu. Masuklah." ajak sang lelaki menuju suatu museum. 'Astaga, cerobohnya aku lupa membaca plang nama museum ini', gerutu Molly dalam hati.

The sun is up.. The sky is blue.
It's beautiful and so are you...

"Kau dengar lagu itu Molly?"

"Ya."

"Itu...kamu. Hahaha. Ya, jujur, harus aku akui. Aku sering memperhatikanmu dari jauh. Ah ya, Aku Harry. Dan oma tua jelek yang kau maksud, itu adalah nenekku. Ahahaha. Aku baru kembali setelah meneruskan pendidikanku di negeri seberang. Dan beberapa kali mengelilingi istana, tak sengaja aku melihat seorang gadis manis terkurung di menara, dan itu kau."

"Oma.. Kau...? Tunggu! Kalau oma tua jelek adalah nenekmu, berarti Ibu Peri Jahat itu ialah ibumu?"

"Tepat."

"Dan kau adalah lelaki yang akan dinikahkan denganku."

"Yup!"

"Dan Ibu Peri Jahat itu...nggg... apa maksudnya kecantikan abadi?"

"Hmmm.. Pertanyaan yang rumit. Baiklah. Jadi, kami ini adalah keluarga penyihir dan bertakhta di singgasana kerajaan Inggris. Suatu hari ibuku terkena kutukan. Menjadi wanita penyihir buruk rupa. Dan cara untuk mematahkan kutukan itu adalah dengan memiliki seorang menantu cantik untuk ditukarkan dengan tubuh ibuku."

"Dan perempuan itu aku?"

"Betul!"

"Dengar Molly, aku tahu kau sudah cukup lama ditawan disini. Pergilah! Kejarlah cintamu. Ingat, Desmond. Kekasihmu."

"De..Desmond...? Siapa dia?" 

"Dengar Molly. Pergilah sekarang juga. Aku telah melihat surat yang hendak kau kirimkan kepada kekasihmu -sehari setelah kau ditawan ibuku dan dihapuskannya memori hidupmu- di atas meja kerjanya. Dan kini aku melihat pertanda ibuku dan Genk Merah akan menuju kesini untuk mengembalikanmu ke menara lagi. Jam 12 malam ini adalah waktunya ia akan menikahkan kau denganku. Aku menyukaimu, Molly. Namun, cinta sejati tak boleh memaksa untuk memiliki. Pergilah ke Anfield, disana cukup aman untukmu. Ciumlah kekasihmu karena itu adalah obat ampuh penangkal kutukan yang mungkin selanjutnya akan dijatuhi padamu oleh ibuku. Cepat!"

Molly hanya berlari dan terus berlari. Menuju tempat yang ia sendiri tak tahu dimana letaknya. Sampai suara langkah kaki terasa makin mendekatinya dan sebuah tangan menarik tubuhnya. Ia ditarik menuju sebuah lapagan yang sangat luas. Dengan napas terengah, orang-yang-tak-Molly-tahu-namanya-itu seketika mencium bibir Molly.

"Listen, love! I've been waiting for you day by day. Maybe you don't remember me, but I'm Desmond, your lover."

Who knows how long I've loved you...
You know I love you still.
Will I wait a lonely lifetime?
If you want me to I will.

"Kyiaaaa.. apa-apaan kau! Siapa kau?"

"Ingat pertama kali kita bertemu dulu Molly? Ini kata kuncinya : "Girl I like your face."

"Siapa? Aku tak inga..." Belum sempat Molly mencerna ingatannya, terdengar sebuah suara dari kejauhan..

"Desmond, kiss her! Now!" Harry! Itu suara Harry.

Tak lama bibir Desmond segera melumat habis bibir Molly dan sekumpulan memori berkelebat di benak Molly. Molly melihat dirinya sebagai seorang vokalis sebuah band. Dan tak sengaja ia bertemu dengan Desmond di sebuah pasar. Dari situ mereka saling berkenalan dan berlanjut hingga Molly mendapatkan sebuah berlian dari sang kekasih yang sangat mengaguminya, Molly. Tak henti-hentinya Molly bernyanyi kegirangan hingga... Molly merasa kalung berliannya terjatuh dan ada kegaduhan. Desmond terus berteriak namun sebuah kekuatan tak terlihat menarik tubuhnya dan Molly tersadar ia telah menghuni sebuah menara dengan orang-orang aneh di dalamnya : oma tua jelek alias Sang Ratu, Ibu Peri Jahat, serta... pangeran tampan, Pangeran Harry. Aaaa...

"KEMBALIKAN PEREMPUAN ITU PADAKUUUU!!!", teriakan Ibu Peri Jahat memekakan telinga.

Rumput tempat Molly dan Desmond berpijak terasa tersedot ke dalam tanah dan Molly merasa tertarik ke dalamnyaaa....

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRGGGGGGGGGGGHHHH!", teriak Molly sekuat-kuatnya.

Gubrak!

Molly menyeka liurnya. Ia terjatuh. Apa-apaan lagi ini? Molly memandangi sekelilingnya. Samar-samar terdengar alunan lagu yang sepertinya ia tahu namun...

Ob-la-di, ob-la-da. Life goes on, bra! La-la how the life goes on!

Sebuah suara seperti mempertegas keberadaannya. Bukan, ini bukan menara oma tua jelek. Bukan juga rengkuhan hangat tangan Desmond, ini.....

"Molly, nasi uduknya nih! Etdah bocah! Gadis bangun kesiangan! Rejekinya dipatok ayam loh entaran. Hettt, bujuk si Babeh lagunya jadul bener. Ungu kek beh, Ceribel.", teriak Enyak seenak udelnya.

"AAAAAARRRRGGGHHH!!! I AM MOLLY AND I NEED TO GO BACK TO ENGLAND TO CHASE MY BIGGEST DREAM TO MARRY MY PRINCE CHARMING, DESMOND! DESMOND, WAIT FOR ME, HON!", teriak Molly bagaikan kesurupan.

London.. London... Ingin ku kesana. London... London... Pergi menyusulnya.

Jakarta, 31 Mei 2014

Molly



Minggu, 30 Maret 2014

I Kissed a Girl


“I kissed a girl and I liked it...
I kissed a girl just to try it...”

Di suatu cafe, ada seorang perempuan yang sedang memandang penuh harap ke arah jendela lapang di samping sofa yang memeluknya hangat.

“Naiko, kalau kita dewasa nanti, menikahlah denganku.”

“Mas Adam, aku masih terlalu muda. Masih jauh untuk membicarakan semua itu. Lagipula aku baru mau menikah kelak ketika aku kepala tiga. Sudah matang. Kitanya. Itu harapanku. Bagaimana menurutmu mas?”

“Tak masalah. Aku akan menunggu. Karena hanya kamu yang aku mau.”, ucap Adam sembari memperat dekapannya.
               
  Perempuan itu tak hentinya melepaskan pandangan kosongnya ke jendela depannya. Aku hanya terus memperhatikan. Namun tatapanku tak jua dirasakannya.

“Mas, seberapa besar rasa sayangmu untukku?”

“Kamu ini bicara apa, Nai?”

“Mama-papaku melarang hubungan kita. Kalau sampai nanti Mama-Papa masih juga belum memberi restu, apa kita kawin lari saja mas?”

“Hush, Nai! Kenapa bicara seperti itu? Dewasalah, sayang! Kamu lupa sama cita-citamu untuk menikahi pria yang mengantongi restu dari kedua bapak-ibumu?”

“Iya tapi mas.. Sudah 5 tahun kita bersama. Masih juga tak ada restu dalam genggaman. Beda agama. Klasik.”

“Pokoknya apapun yang terjadi... Kita harus menikah dengan seijin orangtuamu. Kan kamu sendiri yang pernah bilang, batu pun bisa terkikis oleh tetesan hujan. Kebecian orangtuamu akan hubungan kita juga pasti dapat sirna seiring usaha yang selalu kita gencarkan.”

                Entah mengapa keacuhan perempuan ini membuatku semakin ingin ikut terhanyut di dalam lamunannya. Apa yang sedang dia pikirkan? Ah tak biasanya aku sebegini tertariknya akan urusan orang lain. Apa hubungannya denganku?

“Happy 5th years anniversary, mas! Give me my kisses!” paksaku pada mas Adam.

“Iya sayang, iya sebentar ya. Ini aku susah nih. Harus sambil nyetir. Bahaya!”

“Jadi kamu lupa ya sama anniversaryan kita?”

“Gak usah lebay. Sini!”, Adam menarik tubuhku ke arahnya dan mendaratkan jutaan kecupan ke wajahku. Pipi, dagu, hidung, kelopak mata hingga akhirnya bibirku pun terjamah oleh belain lembut bibirnya.

Haruskah aku melangkah dan memperkenalkan diri? Tapi bagaimana kalau penolakan yang kan kudapatkan nanti?

“Mas! Kamu ini posesif banget. Kenapa susah untuk percaya sama aku? Kenapa gak bisa kasih aku kebebasan? Aku udah cukup dewasa untuk menentukan apa yang baik dan buruk untuk diriku, mas!”

“Kamu pilih kita bersama dan turuti segala perintahku atau tinggikanlah egomu dan pergi dariku! Emansipasi itu sampah belaka. Aku ini pria, calon imam dalam keluarga. Kenapa susah sekali kau turuti perintahku! Kamu itu wanita. Turuti segala mauku! Itu fungsimu! Mengerti?”

Ah! Persetan! Aku tau dia menarik. Dan aku tau wajahku tak terlalu buruk rupa. Kesempatan tak datang dua kali. Dan waktu tak akan pernah terulang kembali.

Aku mulai mendekati mejanya. Jantung kian berdegup tak keruan. Kuperiksa segala yang menempel pada tubuhku. Jam tangan brandedku cukup elegan melingkari pergelangan tanganku. Kemeja kotak-kotak merah hitam yang kupadukan dengan kaos hitam tampak serasi dengan jeans hitamku. Dan converse belel ini tak merusak kesempurnaan padaku. Ah, haruskah aku lepas kupluk yang bertengger manis menyelimuti rambutku?

Ehem!

Wanita itu tampak amat terkejut.

“Hi.. Boleh join kan?”

“Oh. Hmm.. Silahkan.”

Ada jeda berkepanjangan di antara kami berdua.

“Mas Adam!”

“Sudahlah! Aku lelah Nai menghadapi sikapmu. Kekanakan. Manja. Plin-plan. Sudahi saja hubungan ini!”

“Masss!”

“Hei, kenapa melamun?”, sapaku basi.

“Eh sorry. Kita belum kenalan kan? Aku Nai. Naiko Anabella. Kamu sudah punya pacar? Pernah patah hati? Jadian sama aku aja, yuk! Aku muak dengan lelaki.”

Apa maksud wanita mungil ini?

“Aku Naiko. Single. 21 tahun. Sedang menyusun skripsi. Pernah sakit hati. Ditinggal pergi pria yang dia kasihi. Aku mencari pasangan baru yang menerimaku apa adanya, tidak posesif dan... Hei, I love your cross neckalge. Same with mine. Well, bersedia kencan denganku? Siapa namamu?”

“A.. Amanda.”


Cinta kita.
Yang dulu pernah ada.
Telah dilanda duka.
Tiada lagi kita, sukacita dan tawa.
Hanya angkara dan murka tersisa.
Aku pernah memuja seorang pria dengan sangat membara.
Namun kini menyisakan luka.
Jangan! Jangan pernah kembali.
Karena telah kutemukan cinta yang baru bersemi.
Dan tak kan ada kegagalan lagi kali ini. Ikrarku!

Senin, 10 Maret 2014

The Reasons!


We'll, I am going 21. So, this is it!

21 reasons why I love you :

1.  You're the best thing ever I had.
2.  You know how to make me smile.
3.  Even we often argue about small things, but I know it's because you love me so.
4.  You treat me like princess.
5.  You cherish our relationship.
6.  You help me when I need it.
7.  You help me build up my confidence.
8.  You tell me everytime that you love me better than I can do it by myself.
9.  You're the reason I mad then laugh at the same time.
10. You want to be with me for me.
11. You see the best of me.
12. You cover the worst of me.
13. You hug me when I cry.
14. You kiss my forehead anytime you think it's good for me.
15. You know my favourite things.
16. You lay my head down on your shoulder when I need it.
17. You hold me tight on your arms.
18. You will always protect me.
19. You push me to be postive.
20. You're the reason of my happiness.
21. I love because because I do.