CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 27 Oktober 2012

Sumpah Pemudi




"Baik. Selamat pagi. Hari ini saya akan bagikan hasil UTS kalian ya. Malisya Sailendra? Ah...kamu lahir di Malaysia ya?"
"Saya pak. Enggak pak. Saya asli Kutoardjo." Lisya baru saja hendak mengambil kertasnya ketika seseorang mengetuk pintu kelas.
"Hmmm...masuk." sahut sang dosen.
"Maaf pak. Saya terlambat." seorang pria memasuki ruangan. Lisya kagum bukan kepalang.
"Nama siapa nama?"
"Roberto Setidjo pak."
"Bahaha...gaya kali namamu."
"Ini...ambil ini." seru sang dosen sambil mengulurkan kertas UTS Lisya. Robert malah mengambil kertas itu bukannya buku absensi.
"Eh kak, maaf. Itu punya saya."
"Oh. Maaf. Eh panggil nama aja kali. Saya kan maba. Angkatan 2012."
"Serius...ih tapi kok?"
"Iya. Usia hampir kepala 3 memang. Dulunyaa S1 ekonomi."
"Hei hei hei! Kalian pikir saya biro jodoh! Sana! Saya mau lanjut bagikan hasil UTS ini!"

-----

"Cika, lo harus tau. Dia. Ganteng. Banget!" jerit Lisya
"Siapa? Om-om itu? Ih, udah 28 tahun kan?"
"Justru itu! Lebih matang. Aaak!"
"Lebay lo!", sahut Ana.
"Ah Ana. Lo harus liat. Cincinnya aja segede gaban gitu. Kayaknya tajir deh!"
"Ahahaha. Tajir sih tajir. Tapi rambutnye itu loh...klimis bener kayak ketek abang bajaj!"
"Siake!"

-----

Sebuah pesan masuk ke ponsel Lisya.
'Hi. Saya Robert. Yang kemarin salah ambil kertasmu.'
'Oh hai. Saya Lisya. Ada apa ya? Tau nomor saya dari mana?'
'Dari...rahasia. Ahaha. Kamu lupa ya, kemarin pas kita duduk sebelahan kan saya minta nomormu.'
'Ah iya. Saya lupa. Ehehehe.'
Saling mengirim pesan pun terus berlanjut.

-----

"Udah 3 hari aku smsan sama Robert dong!"
"Lah terus kenapa? Dih! Masi jaman smsan?"
"Dia gak pake bb. Tapi iPhone. Seri terbaru. Wooo!"
"Apaan sih! Norak lo! Terus kalo dia make ipon, hapenya buat lo gitu? Bangga amat!"
"Ah Ana. Galak bener. Dia imut ya, na?"
"Lisya, denger! Lo baru kenal 3 hari. Terus kata lo nanti dia mau nganterin pulang. Apa gak ngeri?"
"Ngeri gimana? Enak malah. Kan gratis ongkos."
"Ih! Dasar pantat jok! Dengerin ya, lo harusnya hati-hati. Ngeri."
"Enggak gue yakin kok. Dia baik."
"Terserah deh!"
"Yaaah Ana... kok gitu? Eh na, itu dia kan? Dia nyamperin. Aaaak, Udah dulu ya. Daaaa neeee!"

-----

"Ih si Lisya gak banget ya. Liat gak cowoknya? Apa gak serem ya?"
"Justru itu. Baru kenal 2 mingguan padahal. Masa katanya kalo smsan udah kayak reporter."
"Oia? Gimana gimana? Ceritain."
"Iya katanya suka dianterin. Terus cowoknya maksa. Harus pulang bareng dia. Terus juga katanya smsin nanya alamat lengkap, hobi, makanan kesukaan, gitu gitu."
"Iiiih gak banget ya. Terus sama dia dijawab?"
"Kenceeeng bener. Getar dikit hpnya, langsung ditanggepin."
"Ngeri iiih!"
"Ana, lo kan sahabatnya dari kecil. Nasehatin gih. Kasian kan kalo diapa-apain."
"Ah Lisya mah keras kepala. Susah nasehatin badak mah! Biarin aja. Nanti juga kena batunya."

-----

Lisya masih saja terus-terusan membangga-banggakan lelakinya. Ia yakin sekali lelaki itu sangat tergila-gila padanya. Setiap saat ponselnya berdering dan tak lain-tak bukan kelakuan lelakinya itu. Seluruh sahabatnya sudah gerah mendengar tentang laki-matang-rambut-klimis-cincin-tebal!~ Hingga suatu hari...

"Aaaa... Robert. Robert!"
"Kenapa?"
"Dia PHP!"
"Pemberi Harapan Palsu gimana?"
"Iya kemarin gue smsin ke dia. Gua tanyain 'Kita udah lama deket. Aku pengen nanya kepastian. Aku capek kamu gantungin terus.' Gue ngomong gitu kan."
"Terus terus?"
"Terus dia jawab..'Kita kan baru deket sekian waktu. Aku gak mau terburu-buru. Aku mau baik-baik aja sama kamu.' Udah. Gitu doang!"
"Bahahhaa! Lo juga sih ngaco! Sinting itu mah namanya!"
"Terus sekarang mesti gimana, girls? Ah sumpah... Aku Pemudi yang tak akan pernah percaya lagi pada Lelaki!"
"Eh jangan.... Ahahaha. Emang enak. Centil banget sih!"
"Aaaa malu, na. Maluuu!"
"Siapa suruh, dikandani ngeyel sih. Tuh akibatnya! Lagian juga belum tentu dia yang ngasi harapan palsu, tapi emang kamunya yang udah kadung kepedean!"
"Terus sekarang musti gimana?"
"Ya gak gimana-gimana. Cukup tarik Sumpah Pemudi-mu barusan. Karena ucapan adalah doa!"
"Yakali gak dapet cowok-tajir-rambut-klimis malah ujung-ujungnya jeruk makan jeruk?" Ahahaha. Tawa teman-temannya makin membuatnya nelangsa. Sial.

Lomba Esai Viaduct

Hola-halo! 
Buat teman-teman yang mencintai dunia tulis-menulis, ada 1 lomba yang bisa jadi ajang buat kalian unjuk bakat! 
Aha... 
Lomba Menulis Esai yang diadakan oleh Viaduct Unika Atma Jaya Jakarta dengan tema : "Pemuda di Garis Depan" &
subtema : "Pandangan Pemuda terhadap Kearifan Lokal terkait Perkembangan Zaman"

Ayo... tunjukkan naskahmu & jangan biarkan ia menjamur di lemari, buku & komputermu! :3

Jangan terjebak oleh deadline yang ini! 

Ada perpanjangan...yipppieee!
Kategori Peserta:
a.Siswa SMA/MA/ sederajat
b. Mahasiswa (D1 – S1) dari berbagai perguruan tinggi di Jabodetabek
Tema:
"Pemuda di Garis Depan",  
dengan sub tema  :
"Pandangan Pemuda Terhadap Kearifan Lokal Terkait Perkembangan Zaman"
5 orang finalis dari tiap kategori akan dihubungi Panitia dan diudang untuk mempresentasikan esai mereka di depan Dewan Juri 9 November 2012 di Gedung Yustinus 15 UNIKA Atma Jaya Jakarta
Penghargaan & Hadiah:
Juara 1: uang tunai 1.000.000 + sertifikat
Juara 2: uang tunai 750.000 + sertifikat
Juara 3: uang tunai 500.000 + sertifikat
Juara Harapan 1: uang tunai 250.000 + sertifikat
Juara Harapan 2: uang tunai 200.000 + sertifikat
Pengiriman Esai
Tiap pengiriman dilengkapi dengan biodata lengkap penulis (nama, alamat, telp, sekolah/universitas/organisasi)
Esai dikirim soft copy ATAU hard copy
-Soft copy: melalui email dgn format .pdf atau .doc / .docx ke esai_viaduct @yahoo.com (subjek email: Nama Lengkap_ Univ/Sekolah/Organisasi_No HP. Sertakan softcopy kartu pelajar/kartu mahasiswa dan bukti transfer
-Hard copy: ke Sekretariat Viaduct UNIKA Atma Jaya, Gedung BKS 008 Jalan Jend. Sudirman 51 Jakarta Selatan & sertakan fotokopi kartu pelajar/mahasiswa dan bukti transfer
Ketentuan:
1.Naskah merupakan karya asli, bukan terjemahan/saduran
2.Esai tidak mengandung SARA dan atau pornografi
3.Tiap peserta mengirim 1 (satu) naskah
4.Naskah sesuai dengan format EYD, menggunakan font Times New Roman 12 pt, spasi 1,5, margin kiri-kanan-atas-bawah 3cm, panjang tulisan 3-8 halaman (ukuran kertas A4)
5. Masa pengiriman dari tanggal 15 September – 31 Oktober 2012
6.Biaya pendaftaran Rp 25.000
7. Pembayaran melalui rekening
a. Mandiri 900-00-0216048-0 atas nama Callistasia Anggun Wijaya
b. BCA 44-113-150-23 atas nama Parlindungan Ramses Jonathan
8. Konfirmasi pengiriman esai dengan SMS ke 083873857856 dengan format: ESAI(spasi)NAMA PENULIS (spasi) KATEGORI (spasi) JUDUL TULISAN
Contact Info:
Ramses: 0856-1400-170
Callistasia : 0838-7385-7856
Sumber : viaductpress.com

*Tulisan ini telah dimuat di lombamenulis.tumblr.com

Kamis, 18 Oktober 2012

Roket


"Imah, nanti kalo koranku laris, aku mau beli roket!", ucap Budi kala mengusap keningnya yang berpeluh.
"Roket itu apa?", tanya si bocah perempuan enam tahun sembari merapikan tumpukan koran dagangannya.
"Ah kamu! Jual koran, tapi gak pernah dibaca. Kata Abah, orang miskin gak boleh bodoh!"
"Oia, memangnya kenapa?"
"Kalo bodoh nanti semakin ditindas orang!"
"Ditindas itu apa?"
"Kamu ini! Ah sudahlah. Yang penting doakan aku ya supaya cepat kaya lalu belikan kamu roket. Biar kita jual korannya tinggal disebar dari langit."
-----

Sepuluh tahun berlalu, Budi dan Imah masih juga berdiri di simpang jalan Tugu Pancoran menjajakan koran.
"Budi, kapan ya kita kaya raya?"
"Untuk apa?"
"Kamu gak capek cuma duduk dan melihat orang menikmati harta miliknya?"
"Percuma kaya kalau tidak bahagia!", jawab Budi tegas.
"Tinggal di gubuk tua tanpa masa depan yang pasti apa itu bahagia?"
"Ahahaha! Kamu baca dari mana kutipan itu?"
"Tidak! Itu opiniku sendiri. Kan katamu orang miskin gak boleh bodoh! Ahahaha! Enak ya jadi orang kaya. Mau apa-apa bisa. Bakar duit juga bisa. Berperang misalnya!"
"Nah! Apa? Bakar duit? Ah kita yang miskin juga bisa!"
"Hah?"
"Berapa rupiah yang Abah bakar dari setiap puntung rokok yang dinikmatinya?"
"Yeee bukan kekayaan seperti itu yang aku maksud."
"Lalu apa? Berjibun harta juga percuma jika hati tak pernah bisa bahagia!"
"Tau darimana kamu mereka tak bahagia?"
"Terjerat kasus korupsi, mabuk-mabukan sampai pagi, saling sikut dan curiga, apa kamu pikir mereka bahagia?"
"Tapi bukankah tanpa harta, bahagia itu juga sulit jadi nyata?"
"Ah itu kata kamu sendiri saja. Aku bahagia! Aku punya kamu dan itu sudah lebih dari cukup!"
"Maksudmu, kamu akan menikahiku?"
"Jika Ia mengijinkan, pasti akan aku lakukan. Tapi masih ada satu hutangku yang belum kulunasi."
"Apa itu?"
"Membelikanmu roket. Agar kita tak perlu susah-susah berpeluh lagi menjajakan koran. Dan agar aku dapat membawamu berjalan jauh menikmati masa muda!"
"Ahahaha.... Berarti kamu pun tak dapat hidup tanpa harta!"
"Apa roket butuh harta? Ah... para penguasa! Berilah hambamu ini uang untuk membahagiakan kekasihnya! Ahahaha!"
"Hmmm itu lagunya siapa ya...? Iiih! Curang kamu! Itu ngutip lirik lagu kan?"

Kisah Indah


"Lo tau mbak-mbak yang biasanya nganterin makanan di warung Ayam Penyet kan?"
"Iya. Itu gimana sih kisahnya?"
"Parah! Nih... jadi gini ceritanya."

Ini adalah kisah tentang dua anak manusia yang miskin harta namun kaya akan makna. Kisah cinta kaum kelas bawah. Indah nama perempuannya. Ia bekerja di kantin kampus sebagai pramusaji. Usianya kala itu baru 19 tahun. Bukan main batinnya ketika melihat remaja sebayanya sibuk bergurau, belajar dan menikmati hidup seakan tanpa beban. Sedangkan dirinya adalah tulang punggung keluarga bagi adik satu-satunya, Bejo. Joko adalah seorang tukang parkir kampus. Keduanya adalah sepasang kekasih.

"Biasanya kan mbak-mbak sama mas-mas gitu kisah cintanya alay!"
"Hush! Kurang ajar sekali mulutmu. Jaga ucapan."
"Woooi sok tau lo pada! Justru kisah cinta ini lebih mahal dari apapun juga."
"Oia?"
"Kok bisa?"

Suatu kabar berhembus di lingkungan kampus yang dianggap sebagai sarangnya para mahluk-mahluk akademis. Moral adalah harga mati bagi para penghuninya.

Sebuah peristiwa baru saja mengegerkan kampus. Pada malam sebelumnya diadakan kegiatan persiapan untuk acara ospek kampus. Semua orang sibuk. Semua orang punya kepentingan masing-masing. Kampus tak sesepi malam-malam biasanya.

Ketika hari mulai subuh, semua penghuni kampus, terutama para panitia kegiatan ospek mulai bangun dari tidur singkatnya dan mempersiapkan segala sesuatu. Semua heboh, ribet dan panik. Hanya dua insan manusia yang tidak terpengaruh akan hal itu. Joko dan Indah.

Joko sibuk mencari dimana kekasihnya itu berada. Ia cari kesana kemari, namun tak ada seorangpun yang peduli. 'Anak pejabat mana kekasihmu itu sehingga kami semua harus turut mencarinya?' Cibiran bertubi-tubi diteguk Joko. Kemanapun Joko mencari tetap tak ia temukan kekasihnya itu.

"Emang kemana deh itu mbak?"
"Lo! Belajar mendengar makanya! Main asal nyela aja!"
"Ok.. ok.. Terusin!"

Para perempuan sedang sibuk mandi dan merapihkan diri. Berulang kali pintu kamar bergantian dibuka-tutup. Hanya satu pintu yang tak kunjung terbuka. Namun tak ada yang perduli. Semua sibuk dengan kesibukannya masing-masing.

"Jangan-jangan si Indah emang disitu lagi?"
"Ah... sial! Kenapa harus ditebak dari awal sih? Gue kan ngebet banget pengen lanjutin cerita ini!"
"Ah kelamaan lo! Straight to the point aja. Intinya!"

Indah adalah korban kekerasan salah seorang petugas keamanan di kampus mereka. Tak hanya itu, tiga bulan belakangan baru disadari bahwa tubuh indah yang mungil itu perutnya mulai tampak membuncit. Entah perbuatan siapa. Indah tak pernah mau membuka mulutnya.

"Joko lah palingan!"
"Salah! Justru kalo bisa sekarang gue berdoa sama Tuhan semoga dikasi cowok macem Joko!"
"Ndeso, katrok, kumuh?"
"Don't judge a book by its cover, dear!"

Para dosen, staf kampus dan semua penghuni kampus merasa iba padanya. Bahkan sang rektor yang mendengar desas-desus ini langsung memerintahkan beberapa dosen yang juga adalah advokat untuk mendampingi Indah menyelesaikan masalahnya hingga tuntas.

"Langsung ke inti, please! Ealah masih aja berbelit-belit. Intinya intinya?"
"Joko mau mengawini Indah. Joko yang ingin bertanggung jawab atas kandungan Indah."
"Nah kan! Udah ketebak dari awal. Alibi doang. Sok-sok bingung nyariin, padahal dia juga yang nyakitin!"
"Sotoy lo kayak dukun!"
"Lah terus?"
"Itu bukan anaknya Joko. Anak si satpam yang malam itu dikasi bir sama mahasiswa-mahasiswa yang lagi begadang. Efek mabok. Nyiksa orang. Nyakitin orang. Dan karena Indah terlalu lemah...ya habislah dia!"
"Jadi... Joko... bertanggung jawab atas hal yang bukan perbuatan dia?"
"Atas nama cinta!"

Indah nampak mulai sumringah. Semua orang menyukai keadaan itu. Usia kandungan Indah sudah memasuki usia tujuh bulan dan ia masih saja rajin bekerja di kantin kampus. Karena bosan di rumah dan ingin terus bersama suami, alasannya.

"Lah, masih bersambung? Bukannya udah happy ending tadi?"

Suatu hari Joko sedang membawa tangga yang hendak digunakannya untuk mengganti bohlam di salah satu ruang kelas. Seharusnya itu menjadi tugas office boy, namun tidak ada yang tau pasti kenapa hari itu Joko yang melakukannya.

Malang nasib Joko saat ia membopong tangga tersebut, ternyata ujung tangganya menyenggol tumpukan batu bata sisa renovasi. Habis nyawanya disitu. Indah yang mendengar kabar itu seketika tak kuasa menahan kepedihan atas kehilangannya yang begitu mendalam.

"Gimana endingnya?"
"Lo mah perusak suasana! Berhenti bertanya dan coba dengarkan!"
"Iya iya maaf."
"Iya rese tau gak lo nanya-nanya melulu!"
"Ok...capek juga cerita kepanjangan, bikin haus tenggorokan. Intinya...."
"Apa?"
"Indah ikut menyusul sang suami. Bersama si bayi juga."
"Bunuh diri?"

Rabu, 17 Oktober 2012

Bahagia itu Sederhana


"Tiara kenapa?", tanya Roland polos.
'Ah tau apa dia. Si cupu yang tiap hari hanya sibuk dengan dunianya sendiri.'
"Tiap hari aku liat kamu selalu murung. Kenapa kamu tak pernah nampak ceria?"
"Lo bawel banget sih! Bisa diem gak? Berisik!"
"Aku cuma nanya. Emang salah ya?"
"Ngomong sekali lagi gue gampar ya!"
"Cewek kok galak banget. Makin gak punya temen loh nanti kamunya!"
"Bacot! Sana lo!"

-----

"Ibu ampun bu! Ampun. Jangan siksa Tiara. Ini aku bu, Tiara. Bukan Bapak. Ibu sakit!", jerit Tiara.
Ibu tak menjawab malah makin beringas. 
"Ibu Tiara mohon bu! Sakit! Ampun bu!"
"Perempuan simpanan ya kamu! Berani-beraninya rebut suami saya! Dasar perempuan tak tau malu! Mati kamu!"
"Ibuuuu! Ini Tiara. Sumpah bu. Ampun.", Tiara mulai tak berdaya. Ibunya semakin keras menjambak rambutnya. Air mata mulai menetes dari pipinya.

------

"Selamat pagi Tiara!", senyuman polos Roland menjadi sambutan baginya kala memasuki ruang kelas pagi itu. Tiara tak menjawab. Ekspresinya datar. Roland membetulkan letak kacamatanya besarnya. Ia garuk rambut kribonya salah tingkah.
"Tiara, kok diam aja! Eh, kamu abis kejedot ya? Itu jidatnya kenapa biru?"
"Pergi lo!"
"Tiara kok galak banget sih? Roland kan cuma mau berteman."
"Najis! Dih!"
"Tiara gak boleh begitu. Dosa tau!"
"Masih aja percaya soal dosa. Tuhan itu gak ada!"
"Tiara! Ralat ucapanmu. Gak baik."
"Kalo Dia ada...gak mungkin..." kalimat Tiara menggantung.
"Apa?"
"Enggak! Udah sana!", Tiara seperti kembali mendapat kesadarannya.

-----

"Alex maaf lex. Aku minta maaf. Sumpah!"
"Ah...sana lo! Males gue punya pacar kayak lo terus. Udah! Jenuh gue!"
"Alex... sumpah maaf lex! Aku janji. Aku gak bakal kayak gitu lagi!"
"Bodo! Lo ngerti bahasa Indonesia kan? Gue jenuh!" 
Tiara segera memeluk kaki lelakinya.
"Apaan sih lo! Norak. Sinetron banget! Minggir!", dorong Alex kasar.
"Alex... Maaf lex!" Berkali-kali Tiara meminta maaf dan berkali-kali pula Alex memukulinya. 

Tanpa keduanya sadari, Roland melihat semuanya dan merekam dalam benaknya sendiri. 

-----

Roland dan Tiara adalah teman sebangku.
"Tiara..." 
"Kemarin... Roland ikutin Tiara sampai rumah!" aku Roland takut-takut.
"Ngapain lo ngintilin gue sampe rumah?"
"Ampun ampun Tiara. Dengerin dulu."
"Lo makin lancang ya lama-lama!"
"Tiara... maaf. Tapi ... menurut Roland, pacar Tiara itu bukan cowok baik-baik!."
"Diem!"
"Kenapa gak cari yang lebih baik aja sih? Atau nikmati aja dulu kesendirian. Senang-senang!"
"Gue bilang diem!"
"Tiara... Roland emang naif. Gak mudeng banyak hal. Tapi yang Roland tau, kebahagiaan itu dimulai dari diri sendiri."
"Gak usah bahas kebahagiaan. Gak ada itu kalimat di kamus gue!" Tiara mulai melunak.
"Coba Tiara ceritain. Justru karena Roland terlalu naif, bukannya bisa lebih dipercaya ya? Ehehehe!"
"Apa yang mau diceritain? Kisah hidup gue? Ahahaha... panjang land. Berliku. Lebih ribet dari rambut kribo lo!"
"Oia? Ehehhee. Gak apa-apa. Roland bakalan dengerin kok. Lagian Bu Gultom kan gak masuk hari ini. Jadi kelas kita kosong, gak ada guru. Dua jam + waktu isitirahat cukup kan?"
"Ahahaha... masih aja mikirin gituan. Roland.. Roland! Ok. Mau denger apa? Kemaren lo ngintilin gue sampe ke rumah kan? Lo liat gimana nyokap gue? Dia gila. Beneran gila. Stress ditilang kabur Bapak. Bapak penggangguran, kerjanya judi, mabok, maen perempuan. Ibu 5 tahun di Arab jadi TKW, jadi tulang punggung keluarga, pulang-pulang gak sanggup ngadepin Bapak. Abis menang judi, Bapak malah tinggal sama selingkuhanya. Untung mbah masih hidup. Dia tinggal gak jauh dari rumah, dia yang bayarin uang sekolah gue. Kiriman Pak Le', masalah dipake biayain gue. Ahahaha!"
"Astaga... rumit sekali ya kisah hidupnya Tiara. Terus?"
"Gue punya pacar. Dia harapan gue. Gue selalu bermimpi, suatu hari dia nikahin gue dan bawa gue lari yang jauh dari kenyataan hidup ini. Nyatanya? Gue cuma mainan buat dia. Tapi gue selalu ngerasa, gak akan ada cowok lain yang bisa nerima keadaan gue yang udah di dasar lumpur gini, land."
Ada keheningan di antara mereka. Roland kembali bertanya,"Lalu?"
"Udah gitu doang?"
"Beneran?"
"Oo."
"Kok cuma oh? Ngebosenin ya? Ahahaha! Abis ini mau diceritain kemana?"
"Maksud Tiara? Roland gak mudeng."
"Biasanya kan orang suka kepo, cuma jadi bahan buat cerita sama orang lain."
"Ahahaha... Tiara tau sendiri kan Roland cupunya kayak apa. Tapi Roland seneng sih sama keadaan ini. Gak dibikin ribet sama temen. Ehehehe."
"Dasar...ahahaha! Gantian lah land. Gimana kisah lo?"
"Ah kisah Roland mah gak seru. Gak ada maknanya."
"Tapi seengaknya lo masih bisa ngerasain bahagia kan? Hidup dari keluarga kaya raya. Segalanya serba ada. Lah gue? Udah miskin harta, miskin bahagia pula. Ahahaha. Land, gue bersumpah. Kalo gue sampai bahagia, itu pasti gue mati!"
"Kok gitu? Hush, jangan ngomong gitu ah! Takabur!"
"Karena memang itu nyatanya. "

-----


-6 bulan kemudian-

"Tiara! Tiara liat deh Roland bawa apa." teriak Roland heboh.
"Apaan?", sahut Tiara datar. Namun kali ini Roland sudah terbiasa dengan sikap angkuh sahabat barunya.
"Buku!"
"Sejak kapan lo ke sekolah gak bawa buku?"
"Ih tapi ini beda. Nih!" Roland mengeluarkan sebuah amplop besar dari tasnya.
"Apa ini?"
"Buka aja!" Tiara membukanya.
"Novel? Duit? Terus maksudnya? Udah ah, gak ada waktu gue sama mainan lo!"
"Hush, baca baik-baik dulu. Liat cover bukunya. Siapa nama pengarangnya?"
"Roland Saputra."
"Iyaaap! Jangan marah ya Tiara. Roland terinspirasi dari cerita Tiara waktu itu. Roland bikin jadi novel. Biar bisa menginspirasi banyak orang. Dengan belagunya Roland kirimin ke penerbit mayor. Kirain ditolak. Gataunya diterbitin. Ehehehe."
"Serius? Selamat ya Roland."
"Iya. Eia, satu lagi. Jangan marah ya. Uangnya buat Tiara aja. Kan ini ceritanya Tiara. Roland cuma menceritakan kembali aja. Lagian... jangan tersinggung ya. Tiara sendiri yang bilang Roland udah punya materi. Ehehehe!"
"Ahahahaa! Siapa yang mau nolak duit land! Eh tapi... doain aja ya semoga ini bukan pertemuan terakhir kita."
"Kok gitu?"
"Karena gue pernah bersumpah. Gue akan mati kalo gue bahagia. Dan hari ini, sumpah mati gue bahagia punya sahabat kayak lo!"
"Tiara....Sahabatnya Roland. Horrray!" spontan Roland memeluk Tiara.

Selasa, 16 Oktober 2012

Rempongers!

Ini adalah kisahku. Kisah indah bersama mereka yang aku anggap sebagai sahabat terbaik yang pernah Tuhan ciptakan di alam semesta.


Dwi Murti Silvia. Ia adalah yang paling hitam di antara segala mahluk ciptaan Tuhan. Kami biasa menyebutnya dengan sapaan si ‘keling.’ Namun kami pun memiliki panggilan sayang untuknya, Hacuneh alias Cuneh alias Chun. Bagi mereka yang pernah menonton ajang pencarian bakat, Indonesia Mencari Bakat session 1 pasti pernah tahu tentang grup tari Funky Papua dimana salah satu anggotanya yang juga merupakan frontman-nya ialah seorang lelaki Papua bernama Chun. Sahabatku satu ini sangat amat tergila-gila dengannya.


Windy Astrilia Ganery. Tuhan Maha Adil karena meskipun berhidung pesek, namun ia memiliki tubuh paling langsing, tinggi semampai dan tanpa lemak. Namun bukan berarti kurus kerempeng. Ia yang paling lola alias loading lama diantara kami. Berbicara dengannya butuh keikhlasan yang sangat tinggi. Meski begitu, ia adalah yang paling penyabar di antara kami. Mungkin karena imannya telah terlatih untuk sabar menghadapi dirinya sendiri ya?


Rizky Erent Suwarno. Bertubuh tambun, berkulit putih mulus dan berperawakan besar. Meski secara fisik ia terkesan imut, namun nyatanya ia adalah yang paling berkuasa atas kami semua. Ia punya keahlian khusus melumpuhkan ego kami hanya dengan rengekannya dan tadarrr…kami semua akan langsung mengiyakan kemauannya.


Rizky Aditya alias Skin Head. Entah bagaimana ceritanya ia bisa punya panggilan seperti itu. Hanya sejarah hidupnya yang tahu persis. Menurut pengakuannya, ia dipanggil seperti itu karena dulu saat masih MOS (Masa Orientasi Siswa) salah seorang senior kami memanggilnya dengan panggilan itu hanya karena sebagai murid baru ia sudah membiarkan kepalanya di beri potongan rambut skin.


Dimas Aditya Pradibta. Di muka bumi ini tidak ada lagi yang lebih sok kecakepan dari mahluk berjakun yang satu ini. Meski begitu, ia adalah yang paling kami kasihi karena wajah sendunya yang mampu membuat kami rindu terbahak bersamanya. Jika ada tempat yang paling sering kami kunjungi, selain sekolah dan kantin, rumah dia adalah berikutnya. Kolam renang yang besar, rumah sepi, indah nan megah … siapa yang bisa menolak untuk betah berlama-lama bersenda-gurau disana?


Modesta Marcella Virginia. Cantik dan berbakat. Tidak heran sahabatku yang satu ini punya deretan panjang daftar mantan pacar yang jika diurutkan mungkin satu roll bon belanja tidak akan cukup. Menari adalah passion-nya dan pacaran adalah hobinya. Meski begitu, ia adalah yang paling ekstrim di antara kami, ketika sedang membenci ataupun mencintai seseorang.


Dan aku! Karsina Lopinta Dimaya Rumengan. Okidoki, aku bingung harus mendeskripsikan apa. Yang jelas, aku cinta Rempongers! Bahahaha!



Tiada masa paling indah. Masa-masa di sekolah. Ya, kami bertemu saat masih bersekolah di SMA Sumbangsih. Butuh waktu yang lama dan proses yang panjang hingga akhirnya kami menyatukan diri dan membentuk grup Rempongers. Nama yang sangat norak memang. Namun kami tak perduli. Kami ribet dan kami bangga akan itu.

Begitu banyak masalah pelik yang pernah kami hadapi. Mulai dari yang sibuk pacaran dan mengabaikan persahabatan, bertengkar tanpa alasan yang jelas hingga ditinggal salah satu anggotanya! Bukan, sahabat kami yang satu itu belum mendapat panggilan menghadap Sang Maha Kuasa, hanya saja ia meninggalkan kami karena perseteruan hebat yang pernah timbul antara salah satu dari kami dan kekasihnya. Padahal lebih dahulu ia mengenal kami daripada kekasihnya itu. Namun, tenang saja kawan. Tangan kami akan selalu terulur untuk menunggu kepulanganmu. Jika persahabatan adalah rumah, maka kekasihmu itu adalah hotel mewah yang sangat nyaman dan engkau bangga-banggakan. Namun pintu rumah akan selalu terbuka untuk pemiliknya, sedangkan pintu gerbang hotel akan terasa sangat besar, dingin dan mencekam kala engkau didepak paksa keluar darinya. Cepat kembali kawan. Kami mengasihimu. Sungguh! :)



Perbedaan itu indah! Ya, itu yang kami rasakan sendiri. Mulai dari perbedaan karakter, suku, agama, ras hingga cara berpikir. Namun ibarat puzzle, kami akan selalu saling mengisi kekosongan satu sama lain. Ibarat bidak catur, meski posisi kami berbeda, namun itulah yang menguatkan kami! Dan ibarat sepatu, meski kami tampak serupa, sesungguhnya teramat berbeda, namun akan selalu beriringan, bersatu dan melangkah bersama dalam menggapai tujuan, cita-cita kami masing-masing. Karena hidup tak pernah datar… karena persahabatan tak akan pernah berakhir!

Coz friendship never ends!



*Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti lomba menulis giveaway Friendship Never Ends.

Semangat Hidup Masyarakat Bawah


Hola halo,
Teman-teman, masih ingat kan bagaimana kita begitu ikhlas berbagi selama bulan Ramadhan kemarin? Apakah cuma di bulan Ramadhan saja kita mau saling berbagi?
Kami mengadakan sebuah event (Lomba cerpen) dengan tujuan untuk berbagi bersama. Jadi, siapkan tulisanmu untuk mengikuti event ini. Jangan Pernah Berhenti Untuk Selalu Berbagi!
*25 Cerpen Nominator Dibukukan (Mayor/Indie)
TemaSemangat Hidup Masyarakat Bawah (Fakir miskin, anak yatim, dll)
Tujuan: Untuk Berbagi Sesama (Semua Royalti Dari Penjualan Buku disumbangkan sepenuhnya kepada orang-orang yang layak, dan semua kontributor + penulis tamu mendapat laporan Royalti);
Panitia bisa langsung menganulir naskah peserta yang berisikan tindakan asusila, cabul, sadisme, kekerasan yang berlebihan terhadap anak dan wanita, merendahkan atau menghina keyakinan/agama/suku/daerah tertentu, dan yang tidak melengkapi persyaratannya (baca poin selanjutnya);
Peserta:
Pelajar, mahasiswa, guru, dosen, penulis pemula, penulis senior, dan siapa saja boleh ikutan, tapi dengan ketentuan khusus (baca poin selanjutnya).
Syarat Penulisan:
Jumlah 4-6 halaman, spasi ganda (2), jenis huruf Times New Roman font 12, ukuran kerta A4;
Margin (garis): atas, bawah, samping kiri dan kanan (semua sisi 3 cm atau 1,18 inci), beri nomor halaman;
Kesesuaian dengan tema lomba dan tidak mengandung ponografi dan kekerasan, serta tidak menyinggung SARA;
Biodata narasi sekitar 100-200 kata plus foto diri dalam biodata (jika tidak ada, cerpennya dinyatakan GUGUR), yang ditulis pada halaman akhir naskah cerpen. (Untuk Biodata tidak dihitung Halaman);
Nama File cerpen sama dengan Judul Cerpen;
Kirim naskah cerpen (dengan format .doc atau docx) ke alamat email:lomba_indahnya_berbagi@ymail.com (dengan menulis di judul/subjek email: Peserta Berbagi – Nama Penulis - Judul Cerpen);
Setiap peserta hanya boleh mengirim 1 cerpen terbaiknya;
Deadline 31 Oktober 2012;
Kriteria Penulisan
  • Orisinalitas.
  • Kreativitas pengolahan ide.
  • Kedalaman pesan.
  • Keindahan bahasa, kaidah penulisan dan kelengkapan naskah.
Pengumuman Pemenang:
Pengumuman 25 Nominator 31 November 2012, Pengumuman Pemenang 15 Desember 2012.
Hadiah:
Juara I : Juara II : Juara III : Mendapatkan Paket Buku dari Para Donatur dan Penulis Tamu dengan Total ± 1 Juta Rupiah (Hadiah bisa bertambah jika ada tambahan dari donator lain)
Ke-25 Nominator Mendapatkan e-sertifikat dari Panitian
Ketentuan Khusus:
Peserta WAJIB Mengkopi event ini ke note fb-nya masing-masing (bisa juga ke blognya) dengan Men tag fb-nya Rik Sjp !
Ketentuan Terikat
Keputusan DEWAN JURI tidak bisa diganggu gugat;
Panitia tidak MELAYANI SURAT-MENYURAT;
DEWAN JURI berhak membatalkan keputusannya, jika di kemudian hari diketahui karya pemenang lomba melanggar karya cipta orang lain (plagiat) atau mengikuti lomba sejenis atau telah dimuat di koran/majalah;
HAK CIPTA tetap ada pada penulis, sedangkan PANITIA memiliki HAK untuk MEMPUBLIKASIKANNYA (membukukkannya);
Para Penulis Tamu :
  • Tha Artha
  • Repita Hadi
  • Nenny Makmun
  • Dian Sukma Kuswardhani
  • Rahmi Oktariza
  • Rini Asmara
  • Eva Riyanty Lubis
  • Ica Bdp
  • Monica Perta Full
  • Rofikoh ZraMagiztrian Mujahidah
Bagi yang ingin jadi donator bisa kontak di : 085766502837
atau e-mail : sokjadipahlawan@ymail.com
(DENGAN SEMANGAT BERBAGI, KITA IKUT MENIKMATI KEBAHAGIAN) 

Minggu, 07 Oktober 2012

Filosofi Denim


"Gajah mati meninggalkan gading. Aku mati meninggalkan?"
"Hei Angelo Wicaksana! Bisa serius dikit gak sih?"
"Aku serius! Coba jawab. Meninggalkan apa?"
"Hutang? Harta? Apa?"
"Manusia mati meninggalkan kenangan. Aku mati meninggalkan blog. Ahahaha!"
"Aku serius! Kita ketemuan gak cuma untuk bahas beginian kan?
"Aku juga serius sih daritadi sebenarnya. Tapi ayo. Apa yang harus kita bicarakan?"
"Kemana saja kamu selama ini?"
"Aku mengurung diri di kamar."
"Untuk?"
"Instropeksi."
"Hasilnya?"
"Ini semua salah kita!"
"Angelo!"
"Iya ini semua salah kita!"
"Kenapa jadi kita? Kita sudah sekian lama break. Hanya itu yang bisa kamu katakan?"
"Kamu tau denim?"
"Persetan! Aku sedang serius. Kamu bisa kan menempatkan diri dengan tepat?"
"Dengar dulu! Aku belajar dari denim. Kamu tau sejarah munculnya denim?

"Jeans/denim adalah sebuah fenomena di dunia fashion. Pertama kali dibuat pada tahun 1560-an di Genoa, Italia untuk keperluan angkatan laut karena bahannya yang memungkinkan digunakan dalam keadaan basah dan kering, berasal dari bahasa Prancis, bleu de genes, atau celana biru dari Genoa.
Pada abad 18 jeans mulai masuk Amerika Serikat. Levi Strauss, pemuda berumur 21 tahun asal Bavaria, Eropa yang memperkenalkannya kali pertama pada tahun 1850-an pada penambang-penambang emas di San Francisco, Amerika. Bersama Jacob Davis, mereka berdua menciptakan kancing dari bahan metal untuk memperkuat kantung celana kerja tersebut. Tujuannya agar celana yang digunakan para pekerja tambang tidak gampang sobek karena mengantungi emas. Padahal jauh sebelum Levi dan Jacob menemukan celana itu, bahan jeans sudah dikenal di benua Eropa, khususnya di Genoa, Italia. Nama Levi’s pun lahir ketika para penambang yang ketagihan celana Levi, mencari “those pants of Levi’s” (celana si Levi) yang terbuat dari denim. Di Amerika, kata Levi’s bersinonim dengan denim jins.
Tahun 1970 adalah masa dimana denim/jeans diproduksi massal dan momen inilah yang kemudian menjadikannya mencapai puncak popularitas. Tahun 1970-an ketika Barat dilanda “endemi” hippie, jins menjadi salah satu atribut yang melekat pada mereka, menjadi simbol pemberontakan terhadap kemapanan. Tidak jarang “para pemberontak” itu sengaja mengoyak-ngoyak celana jins mereka untuk mempertegas penolakan mereka pada kemapanan.
Mereka yang menganggap diri pengikut mode, pernah tidak tertarik pada jins. Jins lalu berkembang lebih sebagai baju untuk para pekerja kerah biru di Amerika. Jins bahkan kemudian identik dengan pakaian kerja para koboi ketika menggembala sapi mereka dari atas kuda mereka.
Setelah 2 abad terus bertahan, jeans sudah benar-benar naik kelas dari pakaian pekerja kasar di Amerika kini menjadi pakaian paling fashionable dan wearable yang pernah ada."
"Ambil darimana penjelasan sepanjang itu?"
"Ehehehe aku kutip dari sini !"
"Yeee! Lalu kenapa?"
"Buat aku kita ini ibarat denim."
"Kenapa?"

"Dari luar terlihat biasa, namun nyatanya kita harus tegar." 
"Kamu sedang memberikan aku kuliah?"
"Bukan. Aku serius."
"Lalu?"
"Sejarahnya panjang, namun akan tetap abadi."
"Aku gak perduli."
"Dan hubungan kita ibarat dry denim."
"Itu apalagi coba?"
"Dry Denim atau Raw Denim adalah jeans terbaik yang terbentuk secara alami karena dipengaruhi aktivitas pemakainya. Semua arbarsion, creases, marks, fading dan whisker, makin sering dan lama dipakai makin terlihat."
"Itu jeans yang jarang dicuci itu kan? Jadi maksudmu hubungan kita gak butuh instropeksi gitu?"
"Salah! Justru semakin terlihat guratan-guratan sejarahnya, makin menambah kecintaan si pemakai pada kepunyaannya itu."
"Luka, duka dan suka semakin menjadi hiasan dalam hubungan, maksudmu?"
"Nah!"
"Seni buatku adalah seni untuk menjaga dan melindunginya. Aku tak suka jika denimku rusak."
"Seni buatku adalah bukan tentang harga dan pemakaiannya. Tapi corak yang timbul pada denim itu semacam prestasi."
"Relevansinya?"
"Kita punya pandangan yang berbeda terhadap banyak hal. Mulai dari denim, sampai hubungan ini. Tapi setidaknya kita punya 1 kesamaan yang sama yang menguatkan kita."
"Apa?"
"Filosofi denim mengajarkan kita banyak hal. Aku rebel dan bangga akan itu, kamu perfeksionis dan sangat menjunjung tinggi hal tersebut. Tapi ibarat puzzle, justru karena kita berbeda ini kita bisa menyatu."
"Lalu?"
"Aku ingin hubungan kita abadi seperti denim. Adinda Mercy Lovinka, maukah kamu tetap menjaga hubungan kita meski sudah banyak guratan persoalan yang menghiasinya?"
"Angelo Wicaksana, aku bahkan akan mendoakanmu. From Lee Cooper to Mini Cooper. Amen."
"Ahahaha biar bisa bikin bangga mami-papimu terus dapet restu gitu maksudnya?"
"Ibarat sejarah, jaman dulu orang pakai jeans bisa sampai 15-20 tahun gak dicuci. Lalu dengan bangganya bilang : 'It's my jeans!' Nah, sekarang giliranku untuk teriak ke dunia! It's my boyfriend. It's my lovelife. It's my choice!' 
"It's my unpredictable ending. We learn from denim. We would be stronger than it. Yes, we will!
"Tunggu dulu! Hubungannya sama blog yang tadi kamu sebut itu apa?"
"Aaaah... oo.. itu. Hmmm."
"Kamu curhat di blog ya? Hayo ngaku?"
Angelo hanya meringis.
"Kamu gak akan mati sekarang kan?", tetiba mimik Dinda mendadak serius.
"Kok gitu?", kaget Angelo.
"Karena aku belum mampir ke blogmu!"
"Jadi kamu ingin aku mati setelahnya, gitu?"
"Asal kita berdua, ya aku rela."
"Dih! Gombal! Gak banget!"
"Ahahahaha! Tapi sayang aku banget-banget kan kamunya?"
Seketika Angelo terbahak-bahak menanggapi perempuan yang telah memadu kasih dengannya selama 2 tahun, 3 bulan itu.