CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 30 Juli 2012

Bukan Rangga


Sumber Puisi Rangga : disini


"Co, senter jangan lupa. Sleeping bag udah aku masukin kok ke tas kamu."
" Iya sayang. Udah tenang aja. Aku ini laki! Malu ah dimanjain terus sama kamu.", sahut Rico.
"Udah gak usah bawel. Sini mana timbangan. Biar aku tau berapa massa beban yang harus kamu pikul!"
"Lala! Aku laki La! Cowok! Tenang aja.", Rico memegang kedua pipi Lala untuk menenangkannya.
"Tapi sekarang lagi musim hujan Co. Mesti esktra lagi nih persiapannya."
"Yang anak pecinta alam aku atau kamu, sayang? Trust me, ok?"
"Well..." Rico memeluk Lala dengan kasarnya, mengacak-acak rambutnya. "Pokoknya kamu tenang aja, La. Aku kan cowok. Pasti bisa jaga diri. Adanya kamu yang harusnya hati-hati."
"Pasti!", tegas Lala.
"Janji?"
Lala pun menyodorkan kelingkingnya untuk dilingkarkan di kelingking Rico sebagai bukti komitmennya.

----------

Pagi itu Lala menemani Rico di kampusnya, tempat yang dijanjikan sebagai tempat mereka berkumpul sebelum berangkat.
"Ok! Briefing kita kelar. Mari kita tutup dengan doa menurut keyakinan dan kepercayaan masing-masing. Berdoa mulai."
"Amin.", tutup Rico di akhir doanya.
"Co, jaga diri baik-baik ya. Jangan macem-macem."
"Lala, disana aku mau macem-macem gimana? Selingkuh sama singa? Ahahaha. Sejak kapan kamu jadi posesif gini sih?"
"Bukan. Aku cuma... kali ini gak rela aja ngelepas kamu. Gak tau kenapa."
"La, ucapan itu doa. Udah, mikir yang positif aja ya." Rico memeluk Lala sebelum akhirnya membopong ranselnya.
"Jaga diri ya, Co. Cepet pulang."
"Pasti, La. Pasti aku akan kembali."

----------

Tempat yang dituju Rico cukup jauh. Selain itu juga karena mereka membawa misi kemanusiaan, sehingga mereka berusaha memasuki daerah-daerah terpencil untuk memberikan sumbangan semampunya. Lala mulai gusar. Iya tau lelakinya disana akan baik-baik saja. Namun ia sempat gelisah karena sudah 5 hari Rico tak kunjung memberikan kabar.

"Selamat siang, para pendengar. Berita kali ini datang dari daerah Gunung Salak. Sekelompok anak muda yang berasal dari Tim Pecinta Alam Universitas Aldoric Jakarta sempat tersesat pada dini hari dan 1 orang dinyatakan hilang. Anak yang hilang tersebut kini sedang dalam pencarian. Tim SAR pun dikerahkan."
Sebuah pesan di radio Oma Lala menyampaikan berita pilu.

"Lala, itu bukannya nama kampusmu ya?", tanya Eyang Putri.
Lala tidak menjawab. Hatinya kadung perih. Entah kenapa feelingnya langsung mengingatkannya pada firasat buruknya kala itu.

----------
"La, ayuk sini makan dulu nduk. Jangan kelamaan di kamar begitu ah."
Tak ada jawaban.
"Lala!"
Hening.
""Lala sini makan dulu. Kamu kok gak sopan banget sih Ibu dicuekin gini?"
Tak pernah ada jawaban. Ibu marah dan malah meninggalkan pintu yang sedari tadi tak pernah terbuka.

----------

"Ya Tuhan... Ini temannya si Lala kan ya, nduk? Nama kampusnya sama, fakultasnya juga. Katanya sih angkatan 2010. Seniornya Lala berarti. Kasihan dia. Maksud hati mau membantu orang, malah pulang duluan." , kata eyang putri Lala.
"Siapa namanya bu?"
"Rico."
"Kasihan dia. Niatnya mulia." sahut ibu Lala.

----------

-2 minggu kemudian.-
Bel rumah Lala berdering. Ibu keluar untuk melihat siapa yang datang.
"Permisi tante.", sahut suara di balik pagar.
"Eh kamu. Siapa namanya ya?"
"Maaf tante. Lalanya ada?"
"Ada perlu apa sama anak saya? Kamu siapa?"
"Saya Rico tante."
"Rico... bukannya kamu?"
"Apa tante?"
"Sudah tewas saat mendaki gunung itu?"
"Oh itu teman saya tante. Namanya Rico juga memang. Hanya saja kami beda marga. Saya Rico Rumengan sedangkan dia Rico Kalalo."
"Jadi kamu....." ibu segera menghampiri Rico dan mengusap kedua pipinya.
"Ada apa ya tante?", tanya Rico salah tingkah.
"Masuk sini." suara ibu kembali tegas.

----------

"Baca ini!"
"Lalanya?"
Ibu tak menjawab dan hanya menatap Rico tajam yang membuatnya sedikit gentar. Ia betulkan posisi duduknya dan dibacanya apa yang tertera disana.

----------

-Senin, 7 Mei 2012-

"Lelakiku bukan Rangga. Ia tak pernah berjanji akan kembali dalam satu purnama untuk mempertanyakan cintaku. Aku akan menyimpan lelakiku untukku sendiri. Meski hanya sebuah nama, tanpa pernah aku miliki seutuhnya, aku akan tetap menyimpan lelakiku dan bayangnya di peti kebahagiaanku, yang juga adalah rumah baginya, lubuk hatiku yang terdalam."

----------

'Ini kan hari pertama keberangkatanku. Ahahaha lebay banget pacarku ini. Kayak bakal ada apaan aja.', batin Rico.
"Lalanya mana ya tante?", tanya Rico tak sabar.
"Kamu gak denger perintah saya. Baca sampai kelar dan kamu akan tahu ada dimana Lala sekarang."
'Apa sih si tante sok misterius. Ribet amat ngapelin pacar doang.', batin Rico.

----------

-Sabtu, 9 Mei 2012-

Tuhan,
Tolong sampaikan permohonan maafku pada Bapak dan Ibu.
Aku sangat mengasihi mereka.
Hanya saja aku terlalu naif dan lebih mengikuti kata hatiku.
Aku ingin bersama Rico. Selamanya.
Itu saja.
Aku ingin menemaninya selalu.
Sampai jumpa Ayah, Ibu, Eyang, dan sahabatku semua. 
Kelak.
Aku akan menunggu kalian disana.
Bersama Rico kami akan menyambut kalian.
Kita akan saling berpeluk hangat.
Maafkan kebodohanku, pak, bu.

----------

"Tante, ini maksudnya apa ya? Lala mana?"
"Lala di depan lembaran kertasmu."
"Maksudnya?"
"Iya seperti apa yang tertera disana?"
"Maksudnya?"
"Ia kira kamu Rico yang tewas itu. Ia pergi menjemput cintanya."






Selasa, 17 Juli 2012

Si Pinky

Holaaa... Munaroch lagi berbahagia. Kenapa? Munaroch is flying without wings and dancing without songs karena dia akan segera bertemu dengan sahabat barunya. Siapakah dia? Coba tebak! Dia cantik, imut dan pandai. Apakah dia Dora?



Aku dan Kepribadianku. Ah tak diragukan lagi. Aku pribadi yang sangat pribadi. Aku bukan Ani. Karena kata opa Oma Iyama, "Ani, ternyata kau bukanlah pribadi." Aih...ter-la-lu.


Well, cukup sudah pembukaan yang sangat tidak penting ini. Artinya, mari menuju inti dari isi blog ini. Aku adalah pribadi yang sangat "sweet and cheerful." Aku pecinta warna pink, meskipun memang kebanyakan perempuan yang berkepribadian imut sepertiku menyukai warna tersebut.


Aku suka hal-hal yang manis. Seperti senyuman kamu misalnya. Ups. Ok mari fokus dan berhenti ngelantur. Aku suka pink. Aku suka hal-hal manis. Aku suka Siwon Choi dan juga suka Raka anaknya Om Rano Karno. :D


Sehubungan dengan warna kamar milikku yang memang dominan pink dan Pooh, aku rasa sepertinya Sony VAIO E14P memang yang paling sesuai dengan kepribadianku. Bayangkan, betapa cantiknya bila dia menjadi bagian dari kamar kecil mungilku yang memang sudah banyak terisi perabotan pink di dalamnya, pasti sangat cantik.


Yaaah... gambar kamar diatas memang bukan kamarku, tapi sang kamar impian. Memang usiaku sudah 19 tahun, tapi aku sungguh tergila-gila dengan segala hal berbau pink. Kamarku memang pink, tetapi kurang seimut gambar di atas.


Aku adalah seorang mahasiswi fakuktas hukum, pecinta browsing dan tukang berceloteh di dunia maya dan aku berharap Sony Vaio E14P dapat menjadi sahabat baru. Ku tunggu kedatanganmu, sobat! Karena ku tahu aku dan kamu adalah satu. ;;)


Semoga kita bisa menjadi sahabat baik. Sampai bertemu secepatnya. Lo, gue, pink never end! 




*Tulisan ini dibuat dalam rangka mengikuti ajang blogging contest dari Sony Vaio E14P.

Senin, 16 Juli 2012

Damn!

"Hari ini aku belajar memasak. :D Aku malu. Aku sudah berusia 19 tahun dan belum mahir benar memasak.
Baiklah. Aku tak berangan-angan menjadi asisten Chef Juna."


"Yaaah.. Siapa juga yang akan tahan dengan tampilan necis dan gaya urakan namun sungguh matang ini? Semua wanita pasti tergila-gila dengannya. Tapi lo lebay sumpah!"

"Yaelah Meychan! Aku hanya tertarik karena dia memang sungguh menarik. Tapi tak lebih dari itu.
Ok! Mari lupakan Chef Juna. Aku belajar memasak bukan untuk mengikuti ajang kompetisi memasak yang merupakan salah satu acara favorit saat ini. Aku juga tidak belajar memasak untuk persiapan merantau dalam waktu dekat. Aku hanya belajar memasak untuk kepuasan batin."


"Berlebihan lo, sumpah! Lagi kenapa sih?" tanya Meychan ketus.

"Ah sudahlah. Terlalu berlebihan. Aku tidak benar-benar memasak sebenarnya. Hanya memotong wortel menjadi bentuk korek api. Hehehe. Tapi sungguh, ini permulaan. Suatu saat aku akan mahir memasak. Bukan untukku. Bukan untukmu. Tapi untuknya.... Daniel Mananta. :)"

"Woooi! Aldira! Berhenti bermimpi! Lo ngaco banget sih kalo ngomong! Kesambet apaan deh?"

"Aku percaya, mukjizat itu nyata. Aku meyakini dream, beleive, make it happen itu benar adanya. Aku bermimpi. Aku mengagumi. Aku menyukai. Ah...aku tak berani mengatakan ini kepada siapapun. Mereka akan berkata bahwa aku sang pemimpi sejati. Biarlah. Aku akan bangun, merapikan tempat tidurku dan mengejar impianku tersebut."


"Itu kan kata-katanya Anggun C. Sasmi! Eh, lebih tepatnya bokapnya sih. Yang jadi pegangan hidupnya dia buat ngegapai mimpinya itu!"

"Di salah satu talkshow, dia pernah berkata bahwa dia memang agak sedikit konservatif dan masih mencari wanita yang pandai memasak untuk dijadikan kekasih. Well,I'm gonna do my best! I'll catch ya, my dream!" Dira seperti tak menggubris celaan Meychan sahabatnya, ia terus saja berbicara. 

"Norak banget sih ngidolainnya. Biasa aja kali. Urusin tuh kehidupan nyata. Malah mikirin idola. Lagian dia kan udah tuwir. Dih..demennya om-om lo ya? Bahahaha!"

"Dia sekian tahun lebih tua dariku. Lebih dari 10 tahun mungkin. Entah. Yang pasti, aku memang belum menginjak 20 tahun. Aku ingin mengeksplorasi segala sesuatunya dulu diusiaku ini. Lagipula, dia juga pernah berkata bahwa ia tidak ingin menikah, ia ingin menikmati kebebasannya. Ah, let me be the reason that you want a marriage one day! :)"


"Ngigo lo! Dia kan udah nikah! Sama bule berkebangsaan Australi. Kemane aje lo?"

"Demi apa? Damn! Ah kalo gitu sama Ahmad Bustomi aja deh!"

"Itu lagi! Udah berbini juga kali!"

"Kesian amat!"

"Siapa?"

"GUE! Puas lo?" teriak Dira frustasi.

"Bahahaha kebanyakan ngimpi si lo! Jangan ketinggian mbak'e, jatohnya sakit." nasihat Meychan.

"Bawel!"