CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 12 Januari 2016

It's About Your Style, Not What You Write!


Menulis adalah sebuah proses dimana imajinasi, gagasan, insprirasi dan ide direalisasikan kedalam bentuk tulisan.  Dengan kata lain merubah sebuah konsep abstrak menjadi sesuatu yang kongkret.  Maka dari itu menulis bisa disebut dengan istilah proses kreatif.

Menulis bukanlah sebuah bakat yang hanya dimiliki segelintir orang, semua umat manusia di muka bumi bisa menjadi penulis.  Asalkan memenuhi dua syarat, mengenal abjad dan mampu membaca.  Karena bila tidak menguasai keduanya, yang tertoreh dikertas hanyalah goresan-goresan abstrak yang mungkin hanya dapat dimengerti oleh sang pencoret.

Sebut saja beberapa penulis papan atas seperti Dan Brown, JK Rowling, Stephenie Meyer, atau Andrea Hirata. Apa yang membuat mereka mampu mencapai kesuksesan? Tulisan macam apa yang telah mengubah mereka menjadi jutawan? Atau mungkin terlalu jauh bila kita melontarkan pertanyaan seperti itu.  Bila semua dimulai dengan beberapa pertanyaan sederhana mungkin akan seperti ini.  Siapa mereka? Penulis. Apa yang mereka tulis? Fiksi, Novel. Dan apakah kita bisa seperti mereka? BISA! Maka dari itu, tidak ada perbedaan antara penulis terkenal dan penulis biasa, bahkan dengan orang yang sedang belajar menulis, karena bila otak kiri dan kanan kita mampu mengolah imajinasi, gagasan, insprirasi, dan ide dengan baik, maka semua itu akan mengalir dengan begitu natural dan menggerakan jari-jari kita untuk merealisasikan apa yang ada dalam pikiran kita.

Namun permasalahannya adalah, mengapa hanya segelintir orang yang terlihat menonjol dalam aktivitas menulis bila semua orang memang bisa menulis? Bahkan perbandingannya sangat tidak berimbang antara penulis aktif dan penulis non-aktif. Penulis non-aktif tentu saja jumlahnya lebih banyak daripada penulis aktif. Penulis non-aktif adalah penulis yang kurang produktif dalam aktivitas menulis, dan sekalipun mereka menulis, karya mereka hanya untuk dinikmati sendiri, seolah-olah mereka memuaskan diri dengan karya mereka sendiri. Hal inilah yang memberikan kesan bahwa menulis itu sulit.

Bila kita telusuri sumber permasalahannya, sulit bukanlah alasan manusia untuk tidak melakukan aktivitas menulis. Tapi ada faktor-faktor lain yang membuat isi kepala mereka stuck. Faktor yang pertama adalah rasa malas. Ini adalah alasan klasik yang tidak hanya terjadi dalam aktivitas menulis. Rasa malas tentunya sangat berpengaruh dalam mengukur takaran produktifitas dalam menulis. Maka dari itu, dibutuhkan tekad dan niat yang kuat untuk menumbuhkan semangat menulis dalam diri kita agar rasa malas dengan perlahan menghilang. Mulailah dari diri sendiri karena hanya diri sendirilah yang dapat mensugesti penuh setiap gerakan-gerakan yang kita lakukan, termasuk merubah perilaku.
Setelah faktor pertama dapat diatasi, faktor kedua adalah bagaimana cara menangkap inspirasi atau gagasan? Yang dibutuhkan untuk mengatasi hal seperti ini adalah dengan cara mengaktifkan seluruh indera untuk merasakan kepekaan dititik terpeka. Biasanya berawal dari apa yang kita lihat, lalu kita rasakan, kemudian merambat kedalam pikiran kita, setelah itu gagasan atau inspirasi pun tercipta dan akhirnya jari-jari kita tergerak untuk mencurahkan apa yang ditampung oleh pikiran kedalam bentuk tulisan.

Namun satu hal yang harus disadari bahwa menangkap inspirasi atau gagasan itu tidak semudah membalikan telapak tangan. Setiap penulis pasti mempunyai cara tersendiri untuk menciptakan inspirasi yang siap diracik kedalam bentuk tulisan. Biasanya dalam hal ini, situasi dan kondisi memberikan pengaruh yang sangat besar. Metode yang sering saya lakukan adalah melakukan interaksi sosial seperti berkomunikasi atau melihat lingkungan sekitar. Hal seperti ini harus dilakukan secara totalitas, karena apa yang akan kita tulis adalah apa yang akan kita banggakan dan pertanggung jawabkan nantinya. Setelah itu, inspirasi yang kita dapat harus melalui tahap pematangan konsep dimana suatu gagasan yang kita pilih akan dipetakan agar hasilnya tidak meluas. Ini menekankan agar spesifikasi masalah ataupun anglepenulisan lebih terkerucutkan sesuai dari segi mana gagasan tersebut akan kita bedah.

Dan setelah semuanya siap untuk diracik kedalam bentuk tulisan, hal yang pertama harus kita pikirkan adalah suasana yang nyaman untuk menulis.  Namun suasana seperti apakah yang membuat orang dapat merasa nyaman untuk menulis? Tentu saja bukan suasana yang chaos yang dimaksud. Beberapa alternatif biasanya menjadi pilihan para penulis dalam menciptakan suasana nyaman untuk menulis. Misalnya dengan cara melakukan aktivitas menulis ditengah malam seperti yang sering saya lakukan.  Suasana yang benar-benar tenang dan tanpa gangguan suara sedikit pun sangat membantu untuk memperlancar proses menuangkan gagasan kedalam bentuk tulisan. Metode lain yang juga sering orang lakukan adalah dengan cara memutar musik relaksasi atau semacam intrumental saat kegiatan menulis dilakukan. Namun bagi sebagian orang metode seperti ini hanya akan memunculkan rasa kantuk, termasuk saya yang tidak bisa fokus untuk menulis bila ada alunan musik. Akan tetapi tidak bisa dipungkiri apabila setiap orang mempunyai metode tersendiri dalam menuangkan gagasan kedalam bentuk tulisan.  It’s just about style!

Ada beberapa hal yang perlu diingat dalam menulis. Namun satu hal yang harus dipegang teguh adalah menjadi diri sendiri. Ekspresikan karyamu sesuai dengan gayamu. Karena penulis harus mempunyai karakter tersendiri yang membuat karya tulisannya khas dan apa adanya. Karya sangat berpengaruh dengan gaya. Maka jadilah diri sendiri, janganlah menjadi orang lain. Bila kita menjadi orang lain, karya yang kita hasilkan pasti akan terasa asing dari diri kita sendiri.

Dan bila karya tulisan sudah jadi. Publikasikan dalam berbagai bentuk yang dapat membuat orang membaca karya kita. Karena karya tulisan adalah sebuah kebanggaan bagi penulis. Banyak cara untuk mempublikasikannya.  Bahkan di era seperti sekarang ini bukan sesuatu yang sulit untuk mempublikasikan tulisan. Kecanggihan teknologi sangat membantu untuk mempublikasikan karya kita. Apalagi sekarang sedang gencar-gencarnya citizen jurnalistic yang menggunakan media blog untuk mempublikasikan karya tulisan. So do it right now!



*Written by : @GebyarGurabi, Producer ARDAN Radio Bandung
*This is so inspiring that's why I reposted it. Sorry & thankyou mas! :D



Sabtu, 09 Januari 2016

Bercerai dengan Kopi



Kamu seduhan kopi pertama dan terakhir dalam hidup saya.
Saya selalu benci pada kopi. Apalagi sepi.
Lalu kamu datang, menawarkan secangkir kopi dan jutaan mimpi.
Tentang kita. Tentang kamu dan saya.
Dan katamu, kopiku akan jadi lebih nikmat dengan taburan cokelat. Apalah.
Asal itu berasal dari barista pribadi saya, seketika saya percaya.

Selama ini kamu bilang saya yang dicari. Lalu kamu pergi. Melarikan diri.
Hanya karena tak punya nyali.

Ah.. entah!
Kenangan dan kehilangan selalu punya tempat dalam perjalanan kehidupan.
Kamu, laut dan kopi.
Barista pribadi saya. Ombak terbesar dalam hidup saya. Dan pahit termanis bagi saya.

Dasar maling! Datang, lalu berpaling. Meninggalkan pening, hening dan aku melawan sinting.
Dasar bajingan! Berani-beraninya menghamburkan harapan, angan dan meninggalkan sejuta kenangan.. lalu lepas tangan.
Dasar pencuri! Pergi meninggalkanku di sini sendiri.

Bertahan. Atau lepaskan.
Saya bukan pilihan.

Itu sebabnya saya bercerai dengan kopi.
Saya benci rasa sepi.
Sendiri.
Dan pahit.
Siapa butuh pahit?
Saya butuh kamu.
Bukan pahit.
Apalagi secangkir kopi.






*Inspired by : Lee Min Ho x Luwak White Coffee :D
*First poem in 2016 :))