CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Sabtu, 31 Mei 2014

Wait for me, Desmond!

I'm not waiting for a prince.
 I am waiting for someone who thinks that I'm his princess.

Cermin, cermin di dinding. Siapa perempuan paling cantik di muka bumi ini? Ahhh... tak usah dijawab. Sudah pasti aku jawabannya. HAHAHA! Hahaha aku bahagia.", ujar Molly sembari menangis sebentar kemudian terbahak sekenanya.

Sudah tiga tahun Molly terkurung di menara Buckingham Palace dan tak ada satupun bala bantuan yang datang. Kenapa tak ada satupun yang mempedulikanku?

Kembali Molly memandangi pemandangan di depan matanya. Dari atas menara, Molly dapat melihat pemandangan yang amat indah, yang sayangnya harus terkotori Genk Merah. Pasukan keamanan dengan seragam merah dan topi ala-ala kemoceng hitam. Ish!


"Hahaha! Apa yang kau pikirkan gadis muda?", sapa sebuah suara memuakkan. Ah dia lagi!

"Ah, tidak Ibu Peri. Aku hanya merindukan... ice cream. Bolehkah aku keluar sesaat untuk membelinya?", tanya Molly takut-takut.

"Ah, nanti kusuruh dayang istana melakukannya. Kau! Duduklah dan berdandan. Calon suamimu sebentar lagi akan datang!", perintah Ibu Peri dengan bengisnya.

"Ca..calon suami? Siapa?"

"Kau pikir aku menculikmu untuk kujadikan anak? Naifnya dirimu, nak. Aku akan menikahkan kau dengan putraku, demi... kecantikan abadi. HAHAHA!"

"Tidaaaaakkkk! Jangan lakukan itu. Kumohon, janga..." Belum sempat Molly menyelesaikan ucapannya, mendadak ia tersungkur ke lantai. Sial! Obat bius ala Ibu Peri dengan satu goyangan tongkat sihirnya.

Molly terbangun dari tidurnya ketika dirasanya sebentuk bibir lembut mengecup halus keningnya. Apa-apaan? Baru Molly hendak memaki orang tersebut, sesosok pria tampan nan rupawan memenuhi seluruh pemandangan di depan matanya. Molly segera terduduk. Dan menyadari siapa lelaki yang berdiri dihadapannya.

"Psssttt... Jangan ribut! Kemari, ikut aku!", ajaknya manis.

"Kemana?"

"Ikuti saja! Kamu akan tau kemudian!"

Hari itu Molly melihat pemandangan yang tak pernah ia lihat sebelumnya. Bertahun-tahun tinggal di menara Buckingham Palace dan hanya ditemani Peri Jahat tukang sihir serta semeja makan dengan seorang oma super modis, Sang Ratu, serta dikelilingi Genk Merah, Molly tak pernah lagi tahu bagaimana rasanya menghirup udara segar.

Laki-laki yang tak mau menyebutkan namanya itu membawa Molly berkeliling setelah sebelumnya mengajak Molly melewati pintu rahasia di Buckingham yang berujung pada peron tak kasat mata. Molly merasa kepalanya baru saja menembus sesuatu, tapi entah apa. Aaa.. apa ini? King's Cross Station? Apa pula ini?


Lelaki yang tak mau disebutkan namanya ini membawa Molly ke tempat-tempat yang dirasanya tak pernah ia kunjungi sebelumnya. Sebuah kotak telfon merah yang berseberangan dengan jam besar bernama Big Ben. Sebuah gereja raksasa alias Westminster Abbey yang kata sang pangeran akan dijadikan tempat menggelar pernikahannya. Dan bahkan sebuah benda bulat bernama London Eye yang terus berputar dan bisa ditumpangi.


"Apa ini? Berapa tahun aku terkurung di dalam menara oma jelek itu?"

"Ahahaha. Molly. Sebetulnya, ada hal yang ingin kusampaikan padamu. Masuklah." ajak sang lelaki menuju suatu museum. 'Astaga, cerobohnya aku lupa membaca plang nama museum ini', gerutu Molly dalam hati.

The sun is up.. The sky is blue.
It's beautiful and so are you...

"Kau dengar lagu itu Molly?"

"Ya."

"Itu...kamu. Hahaha. Ya, jujur, harus aku akui. Aku sering memperhatikanmu dari jauh. Ah ya, Aku Harry. Dan oma tua jelek yang kau maksud, itu adalah nenekku. Ahahaha. Aku baru kembali setelah meneruskan pendidikanku di negeri seberang. Dan beberapa kali mengelilingi istana, tak sengaja aku melihat seorang gadis manis terkurung di menara, dan itu kau."

"Oma.. Kau...? Tunggu! Kalau oma tua jelek adalah nenekmu, berarti Ibu Peri Jahat itu ialah ibumu?"

"Tepat."

"Dan kau adalah lelaki yang akan dinikahkan denganku."

"Yup!"

"Dan Ibu Peri Jahat itu...nggg... apa maksudnya kecantikan abadi?"

"Hmmm.. Pertanyaan yang rumit. Baiklah. Jadi, kami ini adalah keluarga penyihir dan bertakhta di singgasana kerajaan Inggris. Suatu hari ibuku terkena kutukan. Menjadi wanita penyihir buruk rupa. Dan cara untuk mematahkan kutukan itu adalah dengan memiliki seorang menantu cantik untuk ditukarkan dengan tubuh ibuku."

"Dan perempuan itu aku?"

"Betul!"

"Dengar Molly, aku tahu kau sudah cukup lama ditawan disini. Pergilah! Kejarlah cintamu. Ingat, Desmond. Kekasihmu."

"De..Desmond...? Siapa dia?" 

"Dengar Molly. Pergilah sekarang juga. Aku telah melihat surat yang hendak kau kirimkan kepada kekasihmu -sehari setelah kau ditawan ibuku dan dihapuskannya memori hidupmu- di atas meja kerjanya. Dan kini aku melihat pertanda ibuku dan Genk Merah akan menuju kesini untuk mengembalikanmu ke menara lagi. Jam 12 malam ini adalah waktunya ia akan menikahkan kau denganku. Aku menyukaimu, Molly. Namun, cinta sejati tak boleh memaksa untuk memiliki. Pergilah ke Anfield, disana cukup aman untukmu. Ciumlah kekasihmu karena itu adalah obat ampuh penangkal kutukan yang mungkin selanjutnya akan dijatuhi padamu oleh ibuku. Cepat!"

Molly hanya berlari dan terus berlari. Menuju tempat yang ia sendiri tak tahu dimana letaknya. Sampai suara langkah kaki terasa makin mendekatinya dan sebuah tangan menarik tubuhnya. Ia ditarik menuju sebuah lapagan yang sangat luas. Dengan napas terengah, orang-yang-tak-Molly-tahu-namanya-itu seketika mencium bibir Molly.

"Listen, love! I've been waiting for you day by day. Maybe you don't remember me, but I'm Desmond, your lover."

Who knows how long I've loved you...
You know I love you still.
Will I wait a lonely lifetime?
If you want me to I will.

"Kyiaaaa.. apa-apaan kau! Siapa kau?"

"Ingat pertama kali kita bertemu dulu Molly? Ini kata kuncinya : "Girl I like your face."

"Siapa? Aku tak inga..." Belum sempat Molly mencerna ingatannya, terdengar sebuah suara dari kejauhan..

"Desmond, kiss her! Now!" Harry! Itu suara Harry.

Tak lama bibir Desmond segera melumat habis bibir Molly dan sekumpulan memori berkelebat di benak Molly. Molly melihat dirinya sebagai seorang vokalis sebuah band. Dan tak sengaja ia bertemu dengan Desmond di sebuah pasar. Dari situ mereka saling berkenalan dan berlanjut hingga Molly mendapatkan sebuah berlian dari sang kekasih yang sangat mengaguminya, Molly. Tak henti-hentinya Molly bernyanyi kegirangan hingga... Molly merasa kalung berliannya terjatuh dan ada kegaduhan. Desmond terus berteriak namun sebuah kekuatan tak terlihat menarik tubuhnya dan Molly tersadar ia telah menghuni sebuah menara dengan orang-orang aneh di dalamnya : oma tua jelek alias Sang Ratu, Ibu Peri Jahat, serta... pangeran tampan, Pangeran Harry. Aaaa...

"KEMBALIKAN PEREMPUAN ITU PADAKUUUU!!!", teriakan Ibu Peri Jahat memekakan telinga.

Rumput tempat Molly dan Desmond berpijak terasa tersedot ke dalam tanah dan Molly merasa tertarik ke dalamnyaaa....

"AAAAAAAAAAAAAAAAAAARRRRRRRRRGGGGGGGGGGGHHHH!", teriak Molly sekuat-kuatnya.

Gubrak!

Molly menyeka liurnya. Ia terjatuh. Apa-apaan lagi ini? Molly memandangi sekelilingnya. Samar-samar terdengar alunan lagu yang sepertinya ia tahu namun...

Ob-la-di, ob-la-da. Life goes on, bra! La-la how the life goes on!

Sebuah suara seperti mempertegas keberadaannya. Bukan, ini bukan menara oma tua jelek. Bukan juga rengkuhan hangat tangan Desmond, ini.....

"Molly, nasi uduknya nih! Etdah bocah! Gadis bangun kesiangan! Rejekinya dipatok ayam loh entaran. Hettt, bujuk si Babeh lagunya jadul bener. Ungu kek beh, Ceribel.", teriak Enyak seenak udelnya.

"AAAAAARRRRGGGHHH!!! I AM MOLLY AND I NEED TO GO BACK TO ENGLAND TO CHASE MY BIGGEST DREAM TO MARRY MY PRINCE CHARMING, DESMOND! DESMOND, WAIT FOR ME, HON!", teriak Molly bagaikan kesurupan.

London.. London... Ingin ku kesana. London... London... Pergi menyusulnya.

Jakarta, 31 Mei 2014

Molly