CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Kamis, 31 Oktober 2013

Badut Pandu


Namanya Pandu. Tiap hari sosoknya selalu tampak di depan gedung gereja tua berdinding bata merah jaman bangunan Belanda, tersenyum, tanpa pernah mengucapkan sepatah katapun.

Namanya Pandu. Jemaat sekitar biasa menyapanya dengan nama yang sama yang tertera pada papan nama yang tersemat pada kostum putih berpolkadot warna-warni itu.

Namanya Pandu. Di kalangan Jawi (Jawa Kuna/Sunda), Pandu berasal dari Wandu yang artinya bukan laki bukan perempuan, tetapi bukan banci. Tegasnya,sajeroning lanang ana wadon, sajeroning wadon ana lanang, yaitu manusia yang sudah menemukan jodohnya dari dalam dirinya sendiri. Gusti Pangeran dan hambanya sudah bersatu dan selalu berjamaah.

Namanya Pandu. Ia terbiasa menutupi wajah pucat yang memang arti dari namanya dengan riasan tebal dan gincu merah darah di sekeliling bibirnya demi melukiskan wajah riang.

Namanya Pandu. Hidung merah dan rambut palsu keribo penyebab gatal di kulit kepalanya tak mampu menggairahkan hidup kelabu yang selalu menghantui derap langkahnya.

Jika dahulu sang Bunda memintakan nama Pandu kepada Ayahnya hanya karena besarnya harapan kedua orang tua agar kelak ia sama beruntungnya dengan Pandu digambarkan berwajah tampan namun memiliki cacat di bagian leher, sebagai akibat karena ibunya memalingkan muka saat pertama kali menjumpai Byasa, maka kedua orang tuanya itu harus siap menelan pil pahit.

Pandu tak rupawan. Tak mampu memalingkan perhatian padanya dari seorang perempuan. Bagaimana mungkin membawakan kedua orang tuanya yang telah renta seorang anak perawan?

"Heeey! Kamu kenapa berdiri mematung gitu di depan gereja? Hujan. Masuk yuuuk. Oiya, nama kamu siapa?", ajaknya ramah.

Pandu menatap ke si empunya suara. Seorang gadis manis dengan kalung salib melingkari lehernya.

Jika Tuhan memang Esa, maka mengapa diciptakan-Nya beragam agama? Adakah mampu perempuan bersuara renyah ini memberikan hatinya bagi sang badut pucat tak menawan? 

'Bismillahirrahmanirrahim.', bisik sang badut.

"Pandu. Baiklah. Tapi aku gak bawa Alkitab. Boleh ku pinjam punyamu?" 



#Partisisapi di Proyek di Kamar Fiksi !