CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Jumat, 14 Juni 2013

Sesosok Bidadari dan Secangkir Kopi


Coffee shop terbiasa memutar lagu Sabrina dan lagu datar lainnya. Ah, aku datang untuk memanjakan diri, bukannya menyakiti telingaku dengan lagu-lagu tolol datar macam itu! Namun coffe shop yang kukunjungi kali ini berbeda. Sebuah lagu anak-anak yang beranjak remaja melintas di telingaku. Dan benar saja, Stardust, nama coffe shop yang ku kunjungi kali ini memutar lagu paling gombal yang lebih melayu dari band-band lokal tak jelas genrenya. Ahahaha sinting!

"Kau bidadari... jatuh dari surga.. di hadapanku. Eaaa.
 Kau bidadari... jatuh dari surga.. pas di hatiku. Eaaa!"

Ah perempuan dewasa mana yang akan tersentuh hatinya dengan lagu menjijikan macam itu. Muak yang ada. 

Aku memalingkan pandangan, menyapu setiap inci ruangan dengan pandangan mataku. Kaca besar yang menghalangi pandanganku ke luar ruangan ini, mencuri perhatianku. Sesosok lelaki muda, usia dua-puluhan melangkah ke coffee shop tempatku bertengger sekarang. Muda, penuh gairah dan sensual. 

Entah karena ketidaksengajaan atau karena kelihaian tangan Tuhan yang memainkan kami sebagai puppetnya, pria muda ini seakan menyadari tatapanku, pun berbalik menatapku lekat. Dan dengan atau tanpa disadarinya, ia berjalan menuju sofa tempatku bersantai.

"Heiii bidadari!", sapanya riang. Aku tertegun, bersemu bukan kepalang. Dengan siapa ia berbicara? Refleks aku melihat ke belakang. Tak ada orang. Akukah itu?

"Hei! Iya kamu! Haaai Bidadari. Kemana saja?", tawanya renyah. Aku terdiam.

"Kamu ngomong sama saya?", tanyaku terbata-bata.

"Iya. Kamu! Bidadari jaman sekarang nongkrongnya di coffee shop toh. Khayangan sepi dong!", candanya jayus.

"Terhenyakku melihat matanya. Teduh menatap diriku.
Tak terasa kita pun berbincang, mencoba saling mengenal..."

Ia masih terus saja bertutur, tentang kehidupannya, tentang mimpi-mimpinya bahkan tentang kehidupan percintaannya. Seperti pernah terasa begitu familiar sosok satu ini, tapi entah dimana.  

"Tergelitik rasa di hatiku, tuk bertemu dengannya lagi.
Kita kan bercanda bercerita, segala impian kita..."

Ia suka membaca novel, pun denganku. Bahkan tanpa sengaja kami berseru bersamaan menyebutkan nama novelis favorit kami. Pun dengan genre. Juga dengan instrumen musik yang terbengkalai bak bangkai, tak pernah tersentuh oleh jemari kami yang lebih sibuk menari di keyboard laptop, menuangkan ide kami ke dalam tulisan.

Ah Tuhan itu apa sih mau-Nya? Kenapa di saat seperti ini! Baiklah, keajaiban Stardust! Tidakkah itu judul yang tepat untuk pertemuan singkat kami dengan segala sensasi kesan dan getaran yang ditimbulkan?

"Hei bidadari! Kok bengong? Diseruput atuh kopinya, dingin nanti.", godanya lagi.

"Ahahaha. Nice to meet you.", tutupku lembut. Aku tak boleh berlama-lama dengannya! Bahaya! Mama bilang : never talk to strangers. Sedangkan dia? Baru sejam bercerita, sudah mampu membuatku tergila-gila bukan kepalang.

"Nice to meet you too, mrs. Angel. It's your own name, isn't it?"

"Yeah, it's me. Well... I have to go." Buru-buru kutegak minumanku yang sudah mendingin.

"Can't wait for the next meet up! Keep my heart save!" gombalnya mengenaskan.

Ya! Ia tampan, mempesona dan demi Tuhan sungguh menggairahkan. Inikah jawaban dari segala doa, penantian dan harapan? Sesosok menawan yang mampu membuat hasrat untuk memilikinya semakin tak tertahankan?

Tuhan, adakah lelaki ini masterpiece-Mu? Sumpah mati aku menyukainya. Sejak pandangan pertama.

Pintu Stardust membuka. Kali ini gemerincing belnya mampu menyadarkanku dari lamunan.

"Maaf sayang aku lama jemputnya. Macet banget tadi. Udah? Mau pulang sekarang?", sosok yang tengah terengah itu menghampiriku, mengusap lembut kepalaku, tak lupa kecupan ringan di kelopak mataku. 

"Namun aku takut, bila nantinya. 
Aku jatuh cinta lagi.
Walau itu indah... Dan ku pun inginkan."

"Hei! Temennya Angel? Gue Gasa.", sapa lembut Gasa ke sosok yang sempat terlupakan keberadaannya. Ia masih disitu, sempat melihat perlakuan lembut kekasihku yang tak mungkin ku lepaskan begitu saja.

"Eh... Hai. Revan. Gue duluan. Bye bidadari...", pamitnya lusuh.

"Bidadari?"

"Dan lagi-lagi ku enggan, kala ingat kekasihku...
Walau bukanlah salahku. Untuk cari yang terbaik!"



*Terinspirasi dari tugas translating si mas.
*Lagu : - Eaaa - Coboy Junior
           - Aku Takut Jatuh Cinta Lagi - Reza Artamevia

Tidak ada komentar:

Posting Komentar