CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 06 Agustus 2012

12:16


"Loli, maaf aku udah liat semuanya. Aku udah gak kuat ngadepin kamu. Aku gak ngerti lagi maunya kamu.", wajah Gion begitu datar ketika menatap mata Loli. Ia menyadari ini akan menjadi tatapan terakhirnya kepada gadis itu.
"Kamu kenapa yon? Aku salah apa? Ada apa?", Loli panik bukan main atas pernyataan kekasihnya itu.
"Aku udah tau semuanya. Maaf, semalam aku bongkar Facebook kamu, di malam saat kamu juga sedang chatting dengan dia."
"Astagaga...itu kamu permasalahin? Dia cuma orang yang aku kenal lewat dunia maya yon. Ketemu di Yahoo! Messenger. Ternyata orangnya baik. Kita saling bertukar cerita, tentang keadaan masing-masing, budaya negara yang sama-sama jauh berbeda. Itu aja", Loli berusaha menenangkan kegelisahan kekasihnya.
"It's enough li! I don't wanna hear anymore. I've known the truth. Thanks li."
"Tersererah yon. Terserah! Aku juga lelah sama kamu. Jengah! Terlalu perfeksionis. Kamu kira kamu siapa? Tuhan? Aku capek sama sikap dingin, cuek dan angkuhnya kamu! Ok kalo ini mau kamu. Kita putus!"
"Oh." hanya dua huruf itu yang terlontar dari mulut Gion, pelan namun dalam.

-Setahun lebih waktu berlalu-

Loli mengucir rambut sepinggangnya. Ia tampak terburu-buru memasuki area kampusnya yang terletak di daerah Semanggi. Ia begitu bersemangat terhadap hidupnya. Sementara itu, Gion senang bukan kepalang ketika menyadari bahwa ternyata ia kembali bersama dengan teman-teman SMAnya di kampus baru mereka di bilangan Blok M.

Sebagai maba alias mahasiswa baru, teman-teman SMA mereka dengan heboh mengadakan acara reuni kecil-kecilan. Makan siang di salah satu restoran Jepang. Tak luput Loli dan Gion menjadi tamu undangan. Ketika menginjakkan kaki ke dalam restoran yang ruangannya di dominasi warna merah tersebut, Loli tahu benar bahwa ini adalah tempat yang dibenci Gion, restoran Jepang. Gion pasti akan muntah setelah pulang dari sini. Indera penciuman, perasa dan peraba milik Gion tak bersahabat dengan masakan Jepang.

Loli mungil sedang duduk manis bersenda gurau dengan teman wanitanya. Loli sangat bahagia. Senyuman seolah make up terbaiknya siang itu. Tawa Loli seketika membeku saat dilihatnya Gion berjalan masuk.

"Weits... Gion! Akhirnya datang juga. Lama bener.", teriak Maila girang melihat kedatangan sahabat lamanya.
"Eh ada Gion. Sini...duduk.", sambut Falla pelan. Ada yang aneh dengan sapaan Falla kali ini, Loli menyadarinya. Terdengar seperti sapaan manis yang terlalu palsu dan dipaksakan.

Gion duduk di samping Falla. Acarapun dimulai. Mereka duduk saling berhadapan. Dengan susunan kursi yang dibuat melingkar. Makanan memenuhi meja makan. Semua terbahak, semua bahagia, kecuali Loli dan Gion. Tubuh keduanya memang disitu, tetapi tidak dengan pikiran mereka yang entah berlabuh dimana.

"Gion, bisa kita bicara...", hati-hati Loli membuka percakapan saat entah bagaimana hanya keduanya yang tersisa dari sekumpulan heboh alumni SMA Sansekerta sore itu.
"Eh, Loli! Apa kabar? Lama gak ketemu. Gimana kuliahmu?", Loli mati gaya seketika. Gion tampak santai menyapanya, seolah tak pernah ada yang terjadi di antara keduanya.

Pembicaraan keduanya mengalir lembut seperti dahulu, saat mereka begitu mudah bertukar pikiran, cerita, candaan. Kehangatan yang dulu sempat hilang kini seolah merekah kembali di antara keduanya. 

-Hari demi hari berlalu-

Loli sering dikunjungi oleh Gion di kampusnya. Anehnya, setiap Loli menawarkan diri untuk gantian mengunjungi Gion di kampusnya, dengan beribu alasan Gion menolak. Loli pun segera melupakan kebingungannya karena Gion selalu kembali membuatnya tertawa, histeris, menangis bahagia. Semua Gion lakukan seperti dulu yang pernah dia berikan.

"Yon...aku seneng banget. Sekarang kamu udah kembali lagi ke aku. Memang aku gak berani nebak status kita sekarang ini apa. Tapi aku gak perduli yon. Toh kamu ada sama aku, nyata."  mendengar itu Gion hanya tersenyum, tak menjawab dengan kata namun segera menarik lembut dagu Loli dan mencium bibirnya dengan mesra.

Loli shock namun ia menerima uluran ciuman itu. Tetiba Loli menghentikan ciuman mereka dan bertanya "...Gion, lucu gak sih. Kita deketan. Kita selalu berduaan. Sekarang kita ciuman. Tapi aku gak pernah tau sepenuhnya status kita. Ahahaha! Jangankan status yon, pin BBM kamu pun aku gak punya. Aku cuma punya nomor hpmu dan itupun harus menunggu kamu yang menghubungi. Ada apa sih sebenernya?"

"Enggak ada apa-apa li. Kamu terganggu ya ada aku disamping kamu?", bibir Gion masih sedikit menempel di bibir Loli ketika kalimat ini diucapkannya. Pertanyaan ini tak pernah terjawab karena Gion segera mengakhirinya dengan ciuman panjang di bibir Loli.

-Senin 16 Juli 2012-

Loli nampak gelisah. Ia sibuk mempersiapkan segalanya untuk menyambut Gion. Tidak, bukan acara penyambutan, khitanan ataupun ulang-tahunan. Hari ini, 3 tahun yang lalu, Gion mengungkapkan rasa sukanya dan keinginannya untuk menjadikan Lilo kekasihnya di lantai 3 sekolah mereka. Saat itu jam menunjukkan tepat pukul 12:09 WIB. 

"Sekarang tanggal berapa yon?"
"Enam belas."
"Oh ya sudah! Tunggu sampai jam tanganku tepat menujukkan pukul 12:16 WIB kalo gitu."

Loli tersenyum sendiri mengingat bagaimana pada akhirnya ia menerima Gion menjadi kekasihnya tepat pukul 12:16 dan semenjak saat itu angka tersebut menjadi keramat dan lebih terkenang bagi keduanya dibandingkan tanggal jadian mereka itu sendiri.

Waktu tepat menunjukkan pukul 12:12 WIB. Di atas meja makan apartemen Loli sudah dipenuhi puluhan kue, permen dan foto-foto keduanya yang ditata sedemikian rupa. Tak lupa Loli berdandan manis untuk menyambut lelakinya itu.

Pukul 12:16 tiba! Namun lelakinya tak kunjung datang. Loli mulai resah. Ia mencoba mengingat-ingat kembali percakapannya tadi malam yang meminta Gion untuk datang. Ia yakin benar tak salah menyebutkan waktu, tanggal dan tempat.

Pukul 12:19 WIB | Dengan terduduk lemas di depan kejutan yang telah dipersiapkan untuk lelakinya, ia mengambil Blackberrynya yang terletak tak jauh dari situ. Bosan. Awalnya ia membuka Twitternya dan nampak berbagai ucapan yang di-mention ke Gion dan Falla. Namun karena discroll-up dengan cepat, ia tak benar-benar menyadari apa yang tertulis disitu. 'Ah, palingan IPnya tinggi, apalah, ulang tahun samaan tanggal.', pikir Loli.

Loli membuka buku telepon di hpnya dan mencari nama lelakinya disitu. Ia mencoba menghungi Gion, awalnya takut karena ingat larangan Gion untuk meneleponnya terlebih dahulu. Namun atas desakan rasa penasaran, kesal dan jenuhnya yang begitu kuat, akhirnya ia memberanikan diri untuk menelepon.

'Tuuut....tuuut...' terdengar nada sambung, namun tak dijawab. Lima kali Loli mengulang panggilannya, tak pernah terjawab.

"Aaaaarghhh! Bangkek! Mana sih Gion? Macet? Ketiduran? Apa?", Loli mulai frustasi.
Ia lemparkan BBnya ke sofa terdekat. Tubuhnya pun ikut dihempaskannya ke sofa tersebut.

Iseng, ia ambil kembali BBnya dan membuka Recent Updates di BBMnya.
Dada Loli terasa sesak seketika. Bagaikan sebongkah batu raksasa dan hujan pasir memenuhi nafasnya. Tidak, ini bukan asthma. Ini lebih menyakitkan dari itu.
Terpampang jelas teman-teman di kontak BBMnya memasang DP Falla yang sedang menggendong seorang bayi dan Gion disampingnya lengkap dengan status (sebagai penegas) BBM :

'Congratulation for the born baby to Gion & Falla! We heart you!'
'Is it a boy or girl baby? Well, the baby mustn't be as crazy as you both. LOL!'
'Say Hi! for the baby from their aunties and uncles from SMA Sansekerta here! Smoochy smoochy!'

Jadi, selama ini.... Segala hal yang Gion tutup-tutupi... Senyum manis dipaksakan yang Falla beri waktu itu... Keputusan Gion untuk menyudahi hubungan mereka saat keduanya baru saja lulus-lulusan SMA... 

Bayi itu!


"Apa yang kau lakukan dibelakangku...
Mengapa tak kau tunjukkan dihadapanku..?"




inspirasi : #CerpenPeterpan & @wira_panda
lagu : Dibelakangku - Peterpan 
#cerpen

4 komentar: