CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Senin, 03 September 2012

Najwa Terbuang


Angkringan Nasi Kucing Benhil, Semanggi. 12:00 WIB tengah malam.

Listen... I am alone at the crossroads.
I'm not at home in my own home.
And I've tried and tried,
to say what's on my mind..
You should have known..!

Sayup-sayup terdengar lagu bule dari tape mini milik mamang penjual.
"Memang lagunya siapa ini mang?", jailku.
"Gak tau neng. Asal setel. Biar kayak dikape-kape neng."
"Caffee kali ah!", goda Najwa kepada si Mamang angkringan langganan kami asli Sunda yang jelas-jelas paling susah disuruh melafalkan huruf F.
"Ada lagi yang bisa dibantu?" tanya Rendi.
"Udah, cukup itu saja.", sahut Najwa.
"Oh ok!", sahut Rendi kemudian menegak sebotol bir murahan.
Tampan, keras dan karismatik. Satu paket Najwa temukan dalam lelaki yang baru pertama kali ditemuinya itu.

Entah bagaimana awalnya hingga Rendi dan Najwa berujung di bilik warnet milik paman Rendi. Film biru yang disetel Rendi dengan settingan muted dan speaker mp3 player yang sengaja dikeraskan volumenya, pintu bilik yang diganjal dengan  kertas dibawahnya agar sulit untuk dibuka menjadi pemandangan yang selanjutnya dialami Najwa. Mahluk paling naif di dunia pun mampu menebak apa yang selanjutnya terjadi pada Najwa sahabatku tersayang.

Erangan Rendi semakin membangkitkan hasrat sahabat kecilku ini. Bergairah. Gerah. Basah. Najwa semakin menggila. Setiap debaran jantungnya seolah melantangkan kenikmatan duniawi yang tengah dirasakannya yang tak mungkin disangkal oleh manusia normal manapun. Najwa merasa melayang, ke khayang, ringan bagaikan layang-layang, ringan lalu terbang.

Sampai akhirnya semua berakhir. Najwa sahabatku kelelahan. Ia seka keringat di pelipisnya dan ditarik nafasnya dalam-dalam. Rendi pun demikian, terengah. Keduanya saling menatap. Najwa bilang, "Ada percikan gairah dalam tatapannya. Aaaah...Dia dewa, Rangga, pujangga, itu saja. Cuma wanita tolol yang mau menolak permintaannya."

"Sya... kamu harus tahu. Dia baik banget. Dan..proses itu sya! Kamu harus merasakannya. Terlalu lama menunggu menikah. Lakukan saja selagi masih bisa bernafas. Indaaah banget!"

Rendi kembali memeluk pinggang Najwa. Merengkuhnya dalam pangkuan hangat. Kesadaran Najwa kembali. Dan Najwa ingin mengulangi semuanya lagi. Lagi dan lagi.

"Kenapa kamu mau sama dia? Kemana kertas hasil cetakanmu itu?", tanyaku sopan.
"Ahahaha persetan dengan kertas itu. Basah aku pakai menyeka keringat. Oh, ayolah Tasya sayang, dengarkan kelanjutan ceritaku!"
"Baiklah, coba teruskan. Aku mau dengar", sahutku malas.

Bagi Najwa ini adalah jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia menjadi semakin intensif mengunjungi Rendi untuk 'menerima hadiah' dari lelakinya, kenikmatan duniawi yang ia bangga-banggakan karena telah diteguknya tanpa harus direpotkan dengan segala prinsip pernikahan yang ada.

Waktu terus berlalu dan Najwa semakin rajin menjadi budak ego kejantanan lelakinya.

"Aku tau dia menyukai aku karena hasratnya. Tapi ya...toh suka sama suka. Siapa yang bisa melarang? Lagian kemauanku sendiri ini kan?!", perjelasnya di sela curahan hatinya.

Najwa memberikan segalanya. Bukan, bukan materi. Lebih dari itu. Kegadisannya, keluguannya, kemolekannya. Ia persembahkan utuh untuk lelakinya.
Waktu berlalu dan suka atau tidak Najwa tetap memberikan dirinya untuk Rendi.

"Rendi... aku kenapa ya?" Rendi bukannya menjawab malah melumat habis bibir Najwa, menciuminya dengan beringas.
"Rend... dengar dulu. Aku kenapa ya? Aku telat haid deh kayaknya."
"Lalu kenapa? Ada masalah?", tanyanya dengan tangan yang sibuk melucuti pakaian Najwa secara beringas.
"Rendi! Wake up!"
"I would! Like what you want. Come closer baby! Help me to 'stand up' please!"
"Rendi! Listen! I have to tell you something?"
"Nothing to be heard. Lo pasti tau apa yang gua butuhin sekarang. Ayo dong Naj! Nunggu apa lagi sih?", Rendi terus saja mendekati Najwa, menguasainya, menggerayanginya, menikmati untuk dirinya sendiri.
Tanpa sengaja tangan Najwa justru mendarat mulus di pipi kanan Rendi.
"Hegh! Sampah! Lo pikir lo siapa! Ta*! Jalang murahan!"
"Rendi... Kamu kasar banget! Maaf sayang, maaf. Aku gak sengaja."
"Apanya yang gak sengaja? Ta*k! Anjr*t! P*cun kampung!"
"Rendi....", lirih Najwa.
"Apa? Lo pikir ini cinta? Hah! Mikir! Mana ada cinta ngerusak? Naif lo! Lo hamil, hah, itu bukan urusan gua!"
"Rendi... sadar rend! Sadar! Kamu sayang kan sama aku? Jawab rend!"
"Najis!", ludahnya mengotori kening Najwa sahabatku.
"Rendi...tanggung jawab. Please!"
"Bukan urusan gua mau lo hamil, mati, gila. Lagian masih banyak cewek tolol kayak lo yang bisa gua nikmatin kapan aja!"
"Please rend... Ini anak kita! Aku cuma ngelakuin sama kamu."
"Terus kenapa? Udah! Pergi sana! Urusin bayi lo! Atau buang aja. Tolol, gitu aja diribetin!"
"Bajingan! Aku udah ngasih semuanya dan ini balesan kamu? Sumpah aku bakal bikin kamu jilatin kaki aku memohon-mohon daripada ngerasain penjara! Demi Tuhan rend!"
"How come? By letting me upload or XXX videos to the internet and makes your dad got heart attack easily? Then you'll be in the jail with me too?  Haha! Poor you my little b*tchy!"

"Ya Tuhan... Naj!", dengan refleks ku peluk sahabatku itu.
"Udahlah sya. Gak guna. Aku kuat kok sayang", ia berusaha melepaskan diri dari pelukanku dan malah menatap erat mataku.
"Aku... Naj! Sumpah! Aku janji. Aku bakal bantuin kamu. Termasuk....persalinan mungkin?", tanyaku hati-hati.
"Ahahaha... Drama Queen banget sih kamu. Cukup bapaknya si baby ini aja yang lebay. Tantenya jangan."
"Terus bagaimana dengan bayi ini? Akan kamu apakan dia?"
"Entahlah. Apapun keputusanku juga berbuntut hal buruk. Dibuang, dosa? Diserahin ke papa,cepat menghadap Tuhan dia? Dibesarkan, kasih makan apa? Sekolah bayar pakai apa?"
"Lalu,... keputusanmu?", tanyaku hati-hati.
"I don't know where I belong. But I'll be moving on. If you don't, if you won't! Listen...", sahutnya lirih sambil meneruskan lagu yang masih diputar di radio mini sang Mamang.
Aku memeluk Najwaku erat, lirih dalam hati menjerit. Mengutuki Rendi dan semua lelaki bedebah yang menciptakan Najwa-Najwa lain.
"Udah ah! Hayuk makan. Kita diliatin si Mamang nih. Rendi boleh brengsek, tapi apa iya hidup aku berujung nemenin si Mamang di ranjang sehabis dipinang? Enak di kamu nanti, makan gratis terus! Ahahahaha!", Di antara tawanya, aku masih bisa melihat dengan jelas, Najwaku sayang meyeka air mata yang belum sempat menetes. Tangisan entah untuk sakit yang sekejam apa. Senyum getir yang tetap dia paksakan menjadi penghias abadi kecantikannya malam itu.


Najwaku sayang, 
bukanlah wanita jalang.
Najwaku sayang, 
hanya si gadis malang, 
yang kegadisannya terlanjur terbuang.




Inspirasi : Listen - Beyonce Knowles
#cerpen
*Tulisan ini karya fiksi semata yang berusaha memaparkan realita yang ada di tengah masyarakat kita! Karena setiap tindakan punya konsekuensi sendiri.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar